Minggu, 15 Desember 2013

Sepakbola Dalam Duka (SEA Games 2013)


Entah apa yang ada dipikiran para petinggi PSSI, pemain timnas u23, serta pelatih kepala Rahmad Darmawan atas penampilan buruk Garuda Muda di ajang SEA Games 2013. Kalau gue jelas sangat kecewa dengan apa yang ditunjukkan timnas u23, minim kreasi serangan, gak ada inisiatif dalam melakukan serangan ke jantung pertahanan lawan, lemah dalam melakukan tembakan ke arah gawang, benar-benar kacrut mainnya. Ini nih yang katanya Garuda emas? Perunggu aja juga belum tentu dapet.
            Setelah sore hari ini kita kembali “dipermalukan” oleh Timor Leste, lewat hasil imbang 0-0, gue semakin yakin kalau timnas yang dibawa ini gak sebagus seperti timnas di SEA Games dua tahun lalu.  Sebelumnya Indonesia pernah imbang dari Timor Leste pada saat persiapan menjelang SEA Games, tapi karena statusnya laga uji coba jadi ya gak terlalu masalah dan saat itu gue merasa pasti bakal ada evaluasi yang dilakukan coach Rahmad Darmawan.
 Tapi ternyata dugaan gue salah, setelah melalui dua pertandingan “berat” menghadapi Kamboja dan Thailand, Indonesia di bebankan dengan hasil wajib menang atas tim yang dulu pernah menjadi bagian dari NKRI tersebut. Harapan publik akan hasil positif yang diraihpun tidak terjadi, Indonesia harus kembali bermain imbang dari Timor Leste dan itu semakin memberatkan langkah Indonesia untuk lolos ke babak semifinal. Meskipun permainan Indonesia lebih baik dari dua pertandingan sebelumnya, tapi masih belum cukup untuk mengantarkan timnas u23 memetik kemenangan dari Timor Leste.
Emang sih di level u23 Indonesia jarang mempunyai generasi emas, setelah adanya regulasi pemakaian timnas junior di ajang SEA Games, Indonesia mulai kesulitan bersaing dalam perebutan medali. Gue sebut “medali,” bukan “medali emas” karena untuk bisa lolos dari fase grup aja Indonesia selalu kesulitan, pernah Indonesia lolos ke babak semifinal dan kemudian harus bersaing dengan Malaysia dalam perebutan medali perunggu di SEA Games Filipina kalau gak salah, dan Indonesia harus mengakui keunggulan Malaysia dengan skor tipis 1-0.
Setelah itu Indonesia kembali tenggelam dari persaingan negara-negara ASEAN dalam cabang sepakbola SEA Games. Yang terburuk dari sejarah keikut sertaan Indonesia dalam cabang sepakbola SEA Games, adalah ketika Indonesia harus kalah dari tuan rumah Laos dengan skor 2-0, dan menghuni dasar klasemen. Saat itu tahun 2009 dan Indonesia memang tampil dengan tim yang kurang meyakinkan, hal tersebut disebabkan tidak adanya jadwal uji coba untuk timnas sehingga tim yang ditargetkan untuk meraih emas itu tampil buruk dan sangat jauh dari kualitas yang sebenarnya, apalagi timnas SEA Games saat itu diperkuat oleh Boaz Sollosa. Selain itu yang lebih parah adalah pelatih kepala saat itu Cesar Payovich tidak bisa berbahasa Indonesia maupun Inggris, jadi intruksi yang diberikan sang pelatih tidak bisa diterapkan dengan baik.
Baru pada SEA Games 2011 di Indonesia, timnas u23 tampil garang. Dengan persiapan yang lumayan matang dengan dihuni pemain-pemain muda berkualitas seperti Patrich Wanggai dan Titus Bonai di lini depan, Hasyim Kipuw di lini tenga, hingga Gunawan Dwi Cahyo dan Abdurahman di lini belakang yang mampu menjadi batu karang dalam mematahkan serangan-serangan lawan. Indonesia menjadi tim yang sangat diperhitungkan pada saat itu, terlebih statusnya yang sebagai tuan rumah jelas menempatkan tim besutan Rahmad Darmawan itu sebagai itu unggulan. Hal itu terbukti dari lolosnya Indonesia ke partai final dan mampu mengalahkan tim-tim kuat seperti Singapura, Thailand, dan Vietnam. Meskipun hanya meraih medali perak, tapi Indonesia mampu menunjukkan permainan yang sangat baik dan yang jelas sangat menghibur.
Kembali ke soal penampilan timnas di ajang SEA Games kali ini. Setelah hanya imbang 0-0 melawan Timor Leste, Indonesia dibebani terget menang besar atas Myanmar. Pasalnya Myanmar yang bermain imbang dengan Thailand telah mengantungi 7 poin, hasil dari 2 kali menang dan satu imbang, pun demikian dengan Thailand yang juga mengantungi poin sama. Bila dipertandingan terakhir Indonesia bisa menang saja dengan Myanmar, itu belum cukup lantaran Myanmar lebih produktif dalam hal mencetak gol, sementara Indonesia baru mencetak dua gol dan sudah kemasukan empat gol. Target menang aja terbilang berat buat anak asuh Rahmad Darmawan, apalagi harus menang besar. Myanmar sebagai tuan rumah jelas ingin meraih kemenangan di depan publiknya, itu sudah terbukti saat Myanmar menghadapi Thailand yang berakhir dengan skor imbang 1-1. Permainan ngotot Myanmar yang mampu mengimbangi perlawanan Thailand jelas patut diwaspadai Rahmad Darmawan, mengingat level permainan Indonesia saat ini bisa dibilang tidak lebih baik dari Myanmar.
            Apakah Indonesia mampu memenuhi target menang besar? sulit kayaknya kalau dilihat dari minimnya produktifitas timnas u23 sejauh ini. Selama uji coba, Indonesia sangat kesulitan dalam menciptakan gol, kemenangan besar yang pernah diraih timnas u23 hanya terjadi di ajang MNC Cup yang pada saat itu diikuti tiga tim dengan kualitas yang sebenarnya tidak lebih baik dari timnas. Menang 3-0 atas Laos dan melumat Papua Nugini 6-0, Indonesia hanya mendapat “ganjalan” dari Maladewa yang saat itu mampu mencetak satu gol ke gawang Kurnia Meiga dan kemudian dibalas oleh dua gol dari Garuda Muda. Lalu kenapa ketajaman timnas u23 tidak terlihat di ajang SEA Games kali ini? Entahlah, yang pasti Indonesia tidak mempunyai mesin gol sekelas Patrich Wanggai maupun Titus Bonai dilini depan, yang mampu mengkonversi peluang menjadi gol, karena faktor itulah kemungkinan para pemain Indonesia kesulitan dalam mencetak gol, bahkan ke gawang Kamboja sekalipun yang secara kualitas sebenarnya jauh dibawah Ramdani Lestaluhu dkk.

Individualis

            Satu hal yang harus digaris bawahi untuk cara bermain timnas yang kurang greget. Banyaknya pemain yang bermain secara individu, terlalu lama memegang bola dan terlalu egois dalam mengeksekusi peluang menjadi sorotan penting, baik oleh pengamat ataupun penikmat sepakbola. Tidak sedikit peluang yang tercipta menjadi sia-sia lantaran pemain yang sedang memegang bola terlalu asik memamerkan kemampuannya, seperti Ramdani Lestaluhu dan Andik Vermansyah, atau mungkin Pahabol, yang pada saat melawan Thailand sebenarnya sudah mampu mengelabui beberapa pemain belakang Thailand dan tinggal melakukan tendangan keras kearah gawang. Tapi apa yang terjadi? Dia (Pahabol) masih melakukan satu kali gerakan yang mana pada saat itu bola langsung disapu oleh pemain belakang Thailand, hilanglah peluang Indonesia untuk mencetak gol penyeimbang ke gawang Thailand.
            Satu lagi aksi individu yang menurut gue buang-buang peluang, ketika Ramdani Lestaluhu menggiring bola dari sisi kanan pertahanan Kamboja, disaat kiper udah menutup ruang tembak seharusnya Ramdani memberikan umpan tarik ke tengah yang mana pada saat itu udah menunggu satu pemain timnas. Tapi sayangnya mantan pemain Persija Jakarta tersebut lebih memilih untuk melakukan tendangan langsung ke arah gawang, atau lebih tepatnya ke pelukan Sou Yaty, kiper Kamboja. Hilanglah peluang Indonesia untuk menciptakan gol pembuka ke gawang Kamboja.

Pembenahan

            Menjelang pertandingan pemungkas menghadapi Myanmar, Indonesia jelas bukan tim yang diunggulkan, terlebih setelah hanya mampu bermain imbang dengan Timor Leste. Bila melihat dari kualitas, Indonesia sebenarnya punya kualitas diatas Myanmar, tapi untuk mental bertanding Myanmar sepertinya jauh lebih siap. Bukan hal mudah untuk bisa menang dari Myanmar, tim yang sudah mempersiapkan diri bahkan sejak SEA Games 2011 di Indonesia. Mengandalkan pemain-pemian belia dua tahun lalu, Myanmar mantap menghadapi SEA Games tahun ini, ditambah dengan semakin tajamnya lini depan mereka yang diisi oleh Kyaw Ko Ko, pemain muda berusia 20 tahun dan kemungkinan masih bisa tampil untuk SEA Games 2015 di Singapura.
            Dari sini seharusnya PSSI bisa berkaca bagaimana mempersiapkan tim yang diproyeksikan untuk meraih target juara. Mengandalkan sumber daya dari liga aja belum cukup untuk bisa membentuk suatu tim yang solid, perlu adanya rencana jangka panjang untuk bisa menghasilkan tim yang layak mengemban target juara. Kalau gue liat selama ini, PSSI kayaknya gampang banget nargetin target emas, padahal persiapannya minim dengan sumber daya yang terbatas. Hampir tiap SEA Games mereka mematok target tinggi, padahal waktu persiapan pun selalu mepet dan hanya dalam hitungan bulan. Ini berbeda dengan tim ASEAN lain semisal Vietnam yang melakukan persiapan jangka panjang, bahkan sampai pergi ke negara Eropa Timur. Lain halnya dengan Singapura yang mempersiapkan timnas u23 nya sejak dini melalui tim bentukan bernama Young Lion XI, tim tersebut berlaga di Liga Malaysia dan dimusim ini tim tersebut mampu menjadi juara Liga Malaysia.
            Melihat persiapan timnas negara lain yang bisa dibilang cukup matang tersebut gue jadi kepikiran sama timnas u19 Indonesia, yang mana saat ini lagi bagus-bagusnya. Gue berharap semoga tim ini pada saatnya nanti bisa diikutkan di ajang SEA Games, mungkin di ajang SEA Games 2015? atau 2017? Walaupun timnas besutan Indra Sjafri tersebut punya target lebih besar sebenarnya untuk level usia u19 & u20, tapi setidaknya emas SEA Games punya gengsi tersendiri bagi Indonesia, khususnya di level ASEAN yang mana pada saat ini sepakbola Indonesia benar-benar diremehkan oleh negara seperti Myanmar dan Kamboja. Kapan emas SEA Games mampir lagi ke Indonesia, setelah 22 tahun Indonesia gak pernah dapet emas dari cabang sepakbola? Jangankan emas, dapet medali aja belum pernah semenjak SEA Games Filipina tahun 1991. Udah saatnya PSSI berbenah, jangan bebal dengan masih merasa kuat di ASEAN, kalau tidak ingin terjegal Kamboja dan Timor Leste di masa mendatang.





            

1 komentar:

  1. Pengurus PSSI dan RD mundurlah dari urusan Timnas Indonesia, selama ini tidak ada prestasimu dalam dunia sepak bola Indonesia ..... sudahlah, pecinta sepak bola Indonesia banyak yang kecewa ....

    BalasHapus