Senin, 19 Agustus 2013

Pengalaman Menulis Untuk Media

Beberapa waktu yang lalu, tepatnya di bulan Juli. Gue berinisiatif ngirimin artikel ke Koran Sindo, untuk rubrik Poros Mahasiswa. Saat itu temanya adalah "Potensi Keberagaman Indonesia". Sebagai orang Indonesia yang besar dalam lingkungan yang beragam (warga komplek gue emang beragam, dari orang Sumatera sampe Maluku dan mungkin Papua ada di sini hehe) gue pun berkeinginan untuk menuliskan tentang keberagaman dari sudut pandang gue, dan alhamdulillah di bulan Ramadhan yang penuh rahmat itu artikel gue dimuat juga, padahal belom ada seminggu gue kirim (Jumat pagi artikel rampung langsung kirim, Senin udah dimuat). Sebagai penutup, gue sertakan naskah asli tanpa edit hasil tuliasn gue yang gue kirimkan ke redaksi Sindo, serta link hasil tulisan gue yang udah lolos edit dan dimuat. Selamat membaca, dan mohon maaf klo isi tuliasannya agak sotoy hehe

Memperkuat Ketahanan Pangan melalui Keberagaman

Sebagai negara kepulauan, Indonesia tentunya menjadi bangsa yang sangat majemuk, baik dalam hal budaya, bahasa, maupun sumber daya alam. Bicara tentang sumber daya alam, tentunya sudah tidak diragukan lagi bahwa Indonesia memiliki potensi alam yang sangat menjanjikan, baik dari sektor perikanan, pertambangan, pertanian, maupun flora dan faunanya. Akan tetapi, kekayaan alam yang berlimpah tersebut tidak sepenuhnya dikelola secara maksimal, bahkan tidak begitu diperhitungkan lantaran nilai ekonomisnya yang tidak begitu tinggi.
Keberagaman yang dimiliki Indonesia sudah seharusnya diapresiasi dalam bentuk nyata, bukan lagi menjadi simbolisasi semata. Pemanfaatan sumber daya alam dengan tidak mengenyampingkan nilai-nilai lokal patut dikedepankan guna meningkatkan kemakmuran. Pemanfaatan sumber panganan pokok di setiap daerah menjadi contoh paling sederhana dalam mewujudkan hal tersebut. Keberagaman dari segi pangan inilah yang seharusnya dikembangkan oleh pemerintah dalam memenuhi kebutuhan pangan di beberapa daerah di Indonesia.
Hal tersebut nampaknya telah disadari pemerintah dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden RI Nomor 22 tahun 2009, tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Akan tetapi, diversifikasi pangan yang telah digalakkan pemerintah seolah terlambat, mengingat telah tingginya jumlah konsumsi beras nasional yang telah mencapai 102 kg per tahun, menempatkan Indonesia sebagai negara dengan konsumsi beras terbanyak di dunia.
 Hal ini seharusnya dapat dihindari, mengingat secara geografis tidak semua daerah di Indonesia dapat ditanami padi, yang berarti tidak semua masyarakat Indonesia mengkonsumsi beras. Pemanfaatan bahan pangan lokal seperti umbi-umbian di daerah yang tidak menghasilkan padi menjadi solusi penting, mengingat secara tradisional hal tersebut sudah dilakukan sejak masa nenek moyang mereka.
Selain itu, meningkatkan konsumsi panganan lokal seperti umbi-umbian atau sayur-sayuran tentunya akan menaikkan nilai ekonomis pada komoditi lokal tersebut. Disamping itu, peningkatan konsumsi panganan pokok lokal diperkirakan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat yang menggantungkan hidup dari sumber panganan pokok tersebut, dan juga diharapkan mampu mengurangi tingkat pengangguran di beberapa daerah, lantaran sumber daya manusia yang ada akan terserap ke dalam sektor industri pangan daerah tersebut.
Disamping untuk memenuhi kebutuhan pangan daerah. Pemanfaatan keberagaman panganan pokok lokal juga dapat digunakan sebagai magnet industri pariwisata. Mengingat keanekaragaman panganan pokok yang dimiliki tiap daerah berbeda beda, tentunya menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara dan sekaligus menunjukkan Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, termasuk kulinernya.
 Apabila program diversifikasi pangan dapat dilakukan dengan baik, bukan tidak mungkin ketahanan pangan nasional akan tercapai, mengingat begitu besarnya potensi sumber daya alam yang dimiliki negara untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional. Dengan begitu pemerintah telah mengamalkan pasal 33 UUD 1945 ayat 3 yang berbunyi; “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

                                                                                   Hilman Khairul Lisan
                                                             Sekolah Tinggi Manajemen Industri
                                      Penggiat Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Industria
                                                    Program Studi Manajemen Bisnis Industri

Sesudah lolos edit dari meja redaksi, beginilah penampakannya hehe  http://www.koran-sindo.com/node/319596 artikel tersebut dimuat pada tanggal 29 Juli 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar