Dari Pantai
Kartini kita bergeser sedikit ke pusat kota, tepatnya di pusat jajanan yang ada
di belakang Jepara Shopping Centre (JSC). Tempatnya bersih dan tertata rapih,
varian makanannya pun beragam, mulai dari makanan berat sampai ringan ada
semua. Sempet bingung mau makan apa akhirnya kita semua memutuskan untuk
nyobain Es Gempol dulu, rasanya sih gak jauh beda dengan es campur tapi minim
isi, cuma ada serutan es sama bola-bola dari tepung beras.
Dari es gempol kita bergeser ke tenda
seberang buat nyari makanan berat. Setelah memilih dan memilah akhirnya
diputuskanlah untuk makan pecel ayam (yang rasa dan harganya gak jauh beda sama
yang di Jakarta). Sehabis makan malam, lanjutlah kita jalan ke alun-alun (jalan
kaki, soalnya mobil sewaannya di parkir di deket alun-alun sama yang bawa).
Ketika udah mau naik mobil, eh yang lain pada pengen naik becak neon dan
alhasil keluarlah duit buat naik becak neon tersebut. Setelah 3 kali
muter+bongkar pasang penggenjot, baliklah kita ke rumah untuk istirahat sembari
mempersiapkan tenaga buat jalan-jalan besok pagi.
Hari ketiga di Jepara, Rabu 20
Februari 2013. Bangung siaaaaaang... halah padahal masih ada sisa waktu buat
sewa mobil sampe jam 11, dan akhirnya hangus begitu aja hiks hiks hiks hiks..
setelah mandi dan sarapan, beranjaklah kita sambil jalan kaki lagi ke Destinasi
wisata terdekat yakni Museum Kartini.
*Museum
Kartini didirikan pada 30 Maret 1975, sementara peresmiannya dilakukan pada 21
April 1977. Museum ini menyimpan benda-benda peninggalan R.A. Kartini dan
kakaknya, RMP Sosrokartono serta benda-benda kuno yang ditemukan di wilayah
Kabupaten Jepara.
Dengan membayar tiket masuk sebesar
Rp2000,- per orang, kita berdelapan pun bisa menelusuri seluruh ruangan di
museum yang berada di sebelah alun2 Jepara tersebut. Di ruangan pertama yang
kita masuki terdapat benda2 seperti lukisan, foto-foto, serta replika
sudut-sudut ruangan dari kediaman R.A. Kartini, seperti ruang tamu, ruang
meditasi RMP Sosrokartono. Kesan seram terasa saat berada di bagian belakang
ruangan yang mana terdapat lukisan-lukisan besar yang menampakkan keluarga dan
kerabat dari R.A. Kartini.
Beralih ke ruangan selanjutnya, yang
mana pada ruangan tersebut berisi benda-benda berupa keramik serta gong. Selain
itu dibagian lain ruangan kedua ini juga terdapat fosil dari ikan raksasa Joko
Tuwo, ikan berjenis Paus Gajah itu ditemukan di perairan Karimun Jawa. Sayangnya
sebagian besar benda-benda kuno yang disimpan di ruangan ini terlihat kurang
terawat, meskipun di waktu yang sama terdapat seorang petugas yang sedang
membersihkan koleksi keramik.
Kesan seram juga masih meliputi
ruangan kedua, tidak lain karena terdapat beberapa gong di sudut ruangan serta
ada juga batu berbentuk lesung dengan dihiasi ukiran yang kelihatannya memang
udah sangat tua. Gak kuat lama-lama karena pengap juga di dalam, akhirnya kita
beralih ke ruangan berikutnya, dimana pada ruangan tersebut terdapat beberapa
benda-benda tradisional yang biasa digunakan oleh masyarakat Jepara dalam
beraktifitas sehari-hari, seperti bubu, jala, dan kereta kuda untuk menaruh hasil
tangkapan sehabis menjala ikan.
Di dalam ruangan ketiga ini terdapat
lukisan dinding yang terbuat dari bebatuan sungai yang disusun menyerupai wajah
R.A. Kartini. Beralih ke sekat sebelah namun masih ada di ruangan yang sama,
kali ini benda-benda yang di pajang merupakan hasil kerajinan ukiran masyarakat
Jepara. Tidak ada kesan seram, lantaran benda-benda yang dipajang masih
terbilang baru.
Setelah puas berkeliling, kami pun
beranjak meninggalkan Museum menuju tempat wisata berikutnya, Pantai Bandengan.
Tapi karena kali ini gak naik mobil, kita pun berencana menggunakan angkutan
umum untuk mencapai Pantai Bandengan. Setelah bertanya-tanya kepada penjaga
Museum, kami pun berjalan meninggalkan Museum menuju Pusat Jajanan yang
letaknya tidak jauh dari Museum R.A. Kartini.
Ba’da Zuhur, kami pun beranjak ke
Pantai Bandengan dengan menggunakan angkutan umum yang kami sewa seharga
Rp50000,- sampai puas !!! Menurut sang supir, angkot yang ke arah Pantai
Bandengan memang sudah berhenti beroperasi sejak pukul 11.30 WIB. Perjalanan
memakan waktu kurang lebih 15 menit, setelah membeli tiket seharga Rp3000,- dan
parkir angkot, kita pun mulai melipir ke pantai.
Suasana pantai yang ditangkap pada
saat itu adalah sejuk dan sunyi, lantaran memang tidak terlalu banyak
pengunjung bahkan lebih tepatnya seperti tidak ada pengunjung. Namun, sampah
yang berserakan di bibir pantai cukup mengurangi keindahan pantai berpasir
putih tersebut. Buruknya cuaca juga meyebabkan air laut yang biasanya berwarna
kebiruan (setidaknya begitu menurut beberapa tulisan yang pernah gue baca)
berubah menjadi keruh.
Gak terlalu banyak kegiatan yang
bisa dilakukan di pinggir pantai, selain main air, mencari cangkang kerang, dan
main pasir. Tapi sepinya pantai membuat suasana menjadi lebih privat lantaran
memang sangat jarang pengunjung yang datang pada saat itu (atau mungkin hampir
setiap hari). Menurut informasi yang gue dapat dari internet, kita bisa pergi
ke Pulau Panjang dari Pantai Bandengan dengan menggunakan perahu (perahu ya,
bukan kapal). Tapi karena jarak yang lebih jauh, maka wisatawan lebih memilih
berangkat dari Pantai Kartini yang secara geografis memang lebih dekat dengan
Pulau Panjang (kalau gak percaya cek google).
Selepas basah dan lengket dengan air
laut (cuma sebatas kaki sih) kita pun beranjak meninggalkan Pantai Bandengan,
apalagi awan mendung mulai menutupi sebagian langit pantai. Daripada kehujanan
mending langsung capcus ajalah ke tempat wisata lain. Baru sampai di dalam
angkot sewaan, tiba-tiba hujan langsung turun dengan sangat deras, untungnya
kita semua udah ada di dalem hehehe. Setelah itu berangkatlah kita ke tempat
wisata selanjutnya, yang pada saat itu sebenarnya belum diputuskan akan kemana.
Setelah diskusi sebentar di dalam
angkot, akhirnya diambilah keputusan untuk kembali mengunjungi Pantai Kartini.
Kurang lebih 15 menit di jalan, akhirnya sampailah kita di tempat wisata
andalan kota Jepara tersebut. Hujan masih mengguyur dengan deras, tapi karena
udah sampe dan gak dilanjutin lagi sewa angkotnya, kitapun turun di depan pintu
gerbang Pantai Kartini.
Bersambung...