Jumat, 30 Agustus 2013

Lucia Saharui, News Anchor Serba Bisa

Bagi pemirsa program Wideshot di Metro Tv, tentu tidak asing lagi dengan anchor yang satu ini. Kepiawaiannya dalam membawakan berbagai program di TV berita tersebut, membuat Lucia Saharui dikenal sebagai anchor serba bisa. Belakangan dia juga membawakan program-program seputar bisnis dan ekonomi, seperti Yourmoney dan Metro Bisnis. Lulusan Teknik Kimia, Universitas Indonesia itu mengaku memiliki ketertarikan dengan hal-hal yang berhubungan dengan bisnis. Maka dari itulah kesempatan membawakan program ekonomi dan bisnis dijadikannya sebagai tempat untuk belajar dan menambah ilmu tentang ekonomi.Disamping dunia jurnalistik, ibu dua anak ini ternyata juga menggeluti bisnis sebagai supplier bahan-bahan industri, melalui perusahaan yang dimilikinya.
Beberapa waktu lalu Industria mendapat kesempatan berbincang-bincang dengannya, untuk berbagi pengalaman sebagai seorang Jurnalis. Berikut petikan wawancara dengan Lucia Saharui:

Kenapa lebih memilih menjadi Jurnalis?

Lebih ke passion. Saya memang dari kecil sudah senang baca, ketemu orang, ngobrol, awalnya lebih ke situ sih basic-nya. Kemudian saya ikut kursus public speaking sampai akhirnya dapat kesempatan pertama di RCTI. Saya berpikir untuk coba terjun di sini (jurnalistik), kalau saya suka pasti kan akan terus bertahan, kalau tidak suka ya sudah. Mumpung masih muda jadi masih bisa pindah daripada saya tidak mencoba sama sekali, tapi akhirnya tetap bertahan sampai sekarang.


Katanya dulu pernah bekerja sebagai agen pemasaran ya?

Betul, karena ada kesempatan di situ. Marketing, saya rasa juga tidak beda jauh dengan jurnalistik, butuh skill untuk mendekati orang dan berbicara, jadinya saya jalani pekerjaan itu. Selain itu diluar pekerjaan saya juga mengambil kursus (public speaking) untuk menambah kemampuan saya juga.

Ada kekhawatiran dari keluarga ketika memutuskan untuk menjadi jurnalis?

Khawatir banget, karena tiba-tiba semuanya berubah. Biasanya saya bekerja dengan jam kerja yang jelas tiba-tiba berubah menjadi sift-sift-an, kadang bisa masuk tengah malam atau bahkan subuh. Apalagi dulu waktu di RCTI, pernah di program jalan jalan (Gapura) bisa sampai pergi ke daerah yang tidak ada sinyal, sampai tidak bisa dihubungi berhari-hari. Orang tua, terutama ibu saya yang paling khawatir karena kalau ada apa-apa dia tidak tahu, kemudian kalau harus meliput kegiatan seperti unjuk rasa yang anarkis dia juga benar-benar khawatir.

Anda memiliki basic pendidikan di teknik kimia, tetapi berprofesi sebagai jurnalis. Apakah ada kendala?

Gak sih, karena sambil belajar juga. Bahkan kalau saya lagi meliput hal-hal yang ada hubungannya dengan teknologi, saya jadi lebih mengerti karena sudah punya basic-nya. Kalau mungkin wartawan lain masih bingung dengan istilah-istilah Kimia, saya jadi sudah mengerti.

Anda dikenal mampu menguasai sejumlah program dengan baik, dari Ekonomi, Hard News, Soft News, maupun olahraga. Bagaimana Anda melakukannya?

Kalau ekonomi kebetulan saya suka, jadi saat ini saya lagi enjoy-enjoy-nya karena memang pada awal masuk di sini (Metro TV) saya sempat minta untuk ditempatkan di desk ekonomi, tapi karena kebetulan pada waktu itu kebutuhannya lebih ke berita yang umum jadi baru saat ini dapat kesempatan di ekonomi. Kalau di program sport, saya lebih sering nonton dan baca tentang pertandingan saja biar lebih mengerti. Kemudian kalau untuk Hard news dan Soft news mungkin lebih ke cara membawakannya saja, serta tanya-tanya ke senior juga tentang karakternya dalam membawakan program tersebut.

Pengalaman menarik apa sih yang pernah dialami saat menjadi Jurnalis?

Kalau di acara jalan-jalan (Gapura), pergi ketempat-tempat yang secara pribadi belum tentu bisa saya kunjungi kecuali pada saat liputan, seperti ke pelosok Kalimantan, ke tempat Suku Dayak, serta Gunung Krakatau. Bisa mengunjungi tempat-tempat tersebut menurut saya itu Priceless banget. Terus kalau di Metro TV, bisa masuk ke Istana untuk wawancara Jusuf Kalla dan Presiden, meskipun memang tidak secara eksklusif.

Apa sih suka dukanya menjadi Jurnalis?

Tidak punya waktu seperti orang kerja biasa, dimana orang lain saat tanggal merah libur kita tidak bisa, liburnya tergantung sift atau program yang sedang dipegang. Kebetulan saya saat ini kan programnya dari senin hingga jumat, jadi saya libur sabtu dan minggu. Kalau dulu kan tergantung program apa yang saya pegang, kalau programnya ada di hari Sabtu dan Minggu ya tetap harus masuk.

Bagaimana profesi News anchor menurut pandangan Anda?

Menurut saya sih harus yang berwawasan luas ya, kemudian lebih ke humble karena kita harus berhadapan dengan berbagai macam orang kan.


Apakah ada kegiatan lain yang dilakukan diluar jurnalistik?

Bisnis. Jadi dengan beberapa teman, saya punya perusahaan yang menjadi supplier bahan-bahan yang dibutuhkan industri, khususnya pertambangan.

Setelah 5 tahun menjadi News Anchor,  ada keinginan tidak untuk turun ke lapangan lagi mencari berita?

Oh! Kita tetap jadi reporter juga kok tapi memang tidak untuk berita-berita harian lagi, liputannya lebih ke wawancara sosok-sosok tertentu. Kalau untuk berita-berita umum memang lebih ditugaskan ke reporter-reporter baru.

Ada keinginan untuk punya program sendiri?

Pengen. Tadinya Yourmoney, tapi kemudian di buat harian dan kebetulan tayangnya di 8-11 show bukan di wideshot. Akhirnya saya diminta oleh produser wideshot untuk di satu program saja biar ada kekhasan.

Siapa wartawan senior yang Anda jadikan panutan?

Andersoon Cooper dan Najwa Shihab

Kenapa?

Anderson Cooper, CNN. Karena dia enak banget dalam membawakan acara, mau itu soft news, hard news, ataupun dialog semuanya enak dan cara dia berbicara serta membawakannya pun mengalir saja. Kalau Najwa Shihab, saya lebih melihat ke kemampuan dia untuk meloby dan network nya.

Sebenarnya dulu cita-cita Anda apa sih?

Dulu ingin jadi dokter. Tapi sebenarnya sih dulu suka nonton berita tapi gak menyangka akan bisa jadi presenter/news anchor. Kalau dokter kan ada jenjang kariernya, harus kuliah kedokteran dulu baru kemudian bisa jadi dokter sementara kalau news anchor/ presenter kan (dulu) gak tahu harus kuliah dimana.

Harapan untuk dunia jurnalistik Indonesia ke depannya?

Harapannya supaya bisa lebih bebas, tidak terlalu banyak larangan. karena kita kan tujuannya untuk kepentingan masyarakat, jadi tidak mengikuti keinginan pemilik atau pemegang saham.

Saat ini kan banyak media yang lebih menjadi corong pihak-pihak tertentu, menurut pandangan Anda bagaimana?

Sayang banget. Baiknya media itu netral, tidak menunjukkan keberpihakkannya dan selalu cover both side.

Ada tips/pesan-pesan untuk teman-teman mahasiswa yang ingin menjadi jurnalis?

Harus punya bekal ilmu dulu, seperti masuk sekolah broadcast. Tapi kalau memang sudah terlanjur kuliah di bidang lain mungkin bisa ditambah dengan kursus juga untuk menambah kemampuan, sama mencari kesempatan untuk bisa berkarier di media. Mungkin bisa dimulai dengan mengirim artikel ke majalah atau koran.

#Hilman Khairul Lisan

 *Artikel ini dimuat di tabloid Industria edisi VIII Bulan Juli 2013, oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Industria, Sekolah Tinggi Manajemen Industri (STMI). 
Baca juga artikel Di Balik Wawancara Eksklusif dengan Lucia Saharui dan Tabloid, Karikatur, dan Lucia Saharui


1 komentar: