Bagi pemirsa program Wideshot di Metro Tv, tentu tidak asing
lagi dengan anchor yang satu ini.
Kepiawaiannya dalam membawakan berbagai program di TV berita tersebut, membuat
Lucia Saharui dikenal sebagai anchor
serba bisa. Belakangan dia juga membawakan program-program seputar bisnis dan
ekonomi, seperti Yourmoney dan Metro Bisnis. Lulusan Teknik Kimia, Universitas
Indonesia itu mengaku memiliki ketertarikan dengan hal-hal yang berhubungan
dengan bisnis. Maka dari itulah kesempatan membawakan program ekonomi dan
bisnis dijadikannya sebagai tempat untuk belajar dan menambah ilmu tentang
ekonomi.Disamping dunia jurnalistik, ibu dua anak ini ternyata juga menggeluti
bisnis sebagai supplier bahan-bahan
industri, melalui perusahaan yang dimilikinya.
Beberapa waktu lalu Industria mendapat kesempatan
berbincang-bincang dengannya, untuk berbagi pengalaman sebagai seorang
Jurnalis. Berikut petikan wawancara dengan Lucia Saharui:
Kenapa lebih memilih
menjadi Jurnalis?
Lebih ke passion. Saya memang dari kecil sudah
senang baca, ketemu orang, ngobrol,
awalnya lebih ke situ sih basic-nya.
Kemudian saya ikut kursus public speaking
sampai akhirnya dapat kesempatan pertama di RCTI. Saya berpikir untuk coba
terjun di sini (jurnalistik), kalau saya suka pasti kan akan terus bertahan,
kalau tidak suka ya sudah. Mumpung
masih muda jadi masih bisa pindah daripada saya tidak mencoba sama sekali, tapi
akhirnya tetap bertahan sampai sekarang.
Katanya dulu pernah
bekerja sebagai agen pemasaran ya?
Betul,
karena ada kesempatan di situ. Marketing,
saya rasa juga tidak beda jauh dengan jurnalistik, butuh skill untuk mendekati orang dan berbicara, jadinya saya jalani
pekerjaan itu. Selain itu diluar pekerjaan saya juga mengambil kursus (public
speaking) untuk menambah kemampuan saya juga.
Ada kekhawatiran dari
keluarga ketika memutuskan untuk menjadi jurnalis?
Khawatir banget, karena tiba-tiba semuanya
berubah. Biasanya saya bekerja dengan jam kerja yang jelas tiba-tiba berubah
menjadi sift-sift-an, kadang bisa
masuk tengah malam atau bahkan subuh. Apalagi dulu waktu di RCTI, pernah di
program jalan jalan (Gapura) bisa sampai pergi ke daerah yang tidak ada sinyal,
sampai tidak bisa dihubungi berhari-hari. Orang tua, terutama ibu saya yang
paling khawatir karena kalau ada apa-apa dia tidak tahu, kemudian kalau harus
meliput kegiatan seperti unjuk rasa yang anarkis dia juga benar-benar khawatir.
Anda memiliki basic
pendidikan di teknik kimia, tetapi berprofesi sebagai jurnalis. Apakah ada
kendala?
Gak sih, karena sambil belajar juga. Bahkan
kalau saya lagi meliput hal-hal yang ada hubungannya dengan teknologi, saya jadi
lebih mengerti karena sudah punya basic-nya.
Kalau mungkin wartawan lain masih bingung dengan istilah-istilah Kimia, saya
jadi sudah mengerti.
Anda dikenal mampu
menguasai sejumlah program dengan baik, dari Ekonomi, Hard News, Soft News,
maupun olahraga. Bagaimana Anda melakukannya?
Kalau
ekonomi kebetulan saya suka, jadi saat ini saya lagi enjoy-enjoy-nya karena memang pada awal masuk di sini (Metro TV)
saya sempat minta untuk ditempatkan di desk
ekonomi, tapi karena kebetulan pada waktu itu kebutuhannya lebih ke berita yang
umum jadi baru saat ini dapat kesempatan di ekonomi. Kalau di program sport, saya lebih sering nonton dan baca
tentang pertandingan saja biar lebih mengerti. Kemudian kalau untuk Hard news dan Soft news mungkin lebih ke cara membawakannya saja, serta
tanya-tanya ke senior juga tentang karakternya dalam membawakan program
tersebut.
Pengalaman menarik apa
sih yang pernah dialami saat menjadi Jurnalis?
Kalau di
acara jalan-jalan (Gapura), pergi ketempat-tempat yang secara pribadi belum
tentu bisa saya kunjungi kecuali pada saat liputan, seperti ke pelosok
Kalimantan, ke tempat Suku Dayak, serta Gunung Krakatau. Bisa mengunjungi
tempat-tempat tersebut menurut saya itu Priceless
banget. Terus kalau di Metro TV, bisa masuk ke Istana untuk wawancara Jusuf
Kalla dan Presiden, meskipun memang tidak secara eksklusif.
Apa sih suka dukanya
menjadi Jurnalis?
Tidak punya
waktu seperti orang kerja biasa, dimana orang lain saat tanggal merah libur
kita tidak bisa, liburnya tergantung sift
atau program yang sedang dipegang. Kebetulan saya saat ini kan programnya dari
senin hingga jumat, jadi saya libur sabtu dan minggu. Kalau dulu kan tergantung
program apa yang saya pegang, kalau programnya ada di hari Sabtu dan Minggu ya
tetap harus masuk.
Bagaimana profesi News
anchor menurut pandangan Anda?
Menurut saya
sih harus yang berwawasan luas ya,
kemudian lebih ke humble karena kita
harus berhadapan dengan berbagai macam orang kan.
Apakah ada kegiatan lain yang dilakukan diluar jurnalistik?
Bisnis.
Jadi dengan beberapa teman, saya punya perusahaan yang menjadi supplier bahan-bahan yang dibutuhkan
industri, khususnya pertambangan.
Setelah 5 tahun menjadi
News Anchor, ada keinginan tidak untuk
turun ke lapangan lagi mencari berita?
Oh! Kita
tetap jadi reporter juga kok tapi
memang tidak untuk berita-berita harian lagi, liputannya lebih ke wawancara
sosok-sosok tertentu. Kalau untuk berita-berita umum memang lebih ditugaskan ke
reporter-reporter baru.
Ada keinginan untuk
punya program sendiri?
Pengen. Tadinya Yourmoney, tapi kemudian di
buat harian dan kebetulan tayangnya di 8-11 show bukan di wideshot. Akhirnya
saya diminta oleh produser wideshot untuk di satu program saja biar ada
kekhasan.
Siapa wartawan senior
yang Anda jadikan panutan?
Andersoon
Cooper dan Najwa Shihab
Kenapa?
Anderson
Cooper, CNN. Karena dia enak banget
dalam membawakan acara, mau itu soft
news, hard news, ataupun dialog semuanya enak dan cara dia berbicara serta
membawakannya pun mengalir saja. Kalau Najwa Shihab, saya lebih melihat ke
kemampuan dia untuk meloby dan network
nya.
Sebenarnya dulu
cita-cita Anda apa sih?
Dulu ingin
jadi dokter. Tapi sebenarnya sih dulu
suka nonton berita tapi gak menyangka
akan bisa jadi presenter/news anchor.
Kalau dokter kan ada jenjang kariernya, harus kuliah kedokteran dulu baru
kemudian bisa jadi dokter sementara kalau news
anchor/ presenter kan (dulu) gak tahu
harus kuliah dimana.
Harapan untuk dunia
jurnalistik Indonesia ke depannya?
Harapannya
supaya bisa lebih bebas, tidak terlalu banyak larangan. karena kita kan
tujuannya untuk kepentingan masyarakat, jadi tidak mengikuti keinginan pemilik
atau pemegang saham.
Saat ini kan banyak
media yang lebih menjadi corong pihak-pihak tertentu, menurut pandangan Anda
bagaimana?
Sayang banget. Baiknya media itu netral, tidak
menunjukkan keberpihakkannya dan selalu cover
both side.
Ada tips/pesan-pesan
untuk teman-teman mahasiswa yang ingin menjadi jurnalis?
Harus punya
bekal ilmu dulu, seperti masuk sekolah broadcast.
Tapi kalau memang sudah terlanjur kuliah di bidang lain mungkin bisa ditambah
dengan kursus juga untuk menambah kemampuan, sama mencari kesempatan untuk bisa
berkarier di media. Mungkin bisa dimulai dengan mengirim artikel ke majalah
atau koran.
#Hilman Khairul Lisan
*Artikel ini dimuat di tabloid Industria edisi VIII Bulan Juli 2013, oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Industria, Sekolah Tinggi Manajemen Industri (STMI).
Baca juga artikel Di Balik Wawancara Eksklusif dengan Lucia Saharui dan Tabloid, Karikatur, dan Lucia Saharui
Baca juga artikel Di Balik Wawancara Eksklusif dengan Lucia Saharui dan Tabloid, Karikatur, dan Lucia Saharui
heheh bisa juga
BalasHapus