Selasa, 31 Desember 2013

Antara Gue dan 2013

Tahun 2013 tinggal tersisa beberapa jam lagi, sebelum berganti menjadi 2014. Tentunya selama satu tahun tersebut banyak hal yang menurut gue cukup berkesan terjadi di tahun Ular Air tersebut. Diawali dari liburan ke Jepara pada pertengahan Februari lalu, yang mana menjadi liburan pertama buat gue dengan teman-teman satu organisasi selama gue bergabung sejak 2009. Sebelumnya, gue gak pernah ikut ambil bagian dalam acara liburan yang dilakukan teman-teman satu organisasi, cuma jadi penikmat foto-foto liburan mereka aja hehehe...
            Dari jalan-jalan itulah untuk pertama kalinya gue bisa singgah ke Semarang, satu-satunya ibu kota di Pulau Jawa yang belum pernah gue kunjungi. Dari Semarang, perjalanan di teruskan ke Jepara dan selama 5 hari gue besebrta 7 orang teman menikmati kota asal tokoh emansipasi wanita R.A Kartini. Yang gue suka dari Jepara adalah kotanya yang gak terlalu besar, sepi, dan gak ada macet, jadi bagi merasa butuh ketenangan dan perlu untuk mengasingkan diri dari kota besar, Jepara bisa jadi alternatif pilihan. Apalagi kalau punya modal lebih, bisa juga jalan-jalan ke Karimun Jawa, tapi sebelum berangkat kudu liat-liat prakiraan cuaca dulu ya secara kalau musim hujan ombak di sana suka gede, jadi ya gak setiap saat kapal Ferry bisa mengangkut penumpang ke sana.

Tugu Jepara

Gerbang Objek Wisata Benteng Portugis

Kura-Kura Ocean Park, Pantai Kartini

Pantai Kartini

            Di bulan April 2013, menurut gue ini pengalaman yang paling berkesan karena pada saat itu untuk pertama kalinya gue bisa mewawancarai orang yang gue idolakan sejak lama, orang tersebut adalah Lucia Saharui. Sebenarnya idenya datang tiba-tiba, disaat gue lagi nonton TV dengan pikiran yang mengawang-awang, disitulah ide itu muncul hingga akhirnya mengantarkan gue ke hadapan Lucia Saharui pada Kamis, 25 April 2013 pukul 11.00 siang. Wawancara yang dilakukan di Lobi Grand Studio tersebut berlangsung lancar dan cukup menyenangkan lantaran memang Lucia sendiri cukup ramah dan gak kaku saat diwawancara, justru gue yang keliatan kaku kayaknya hehehe..

Wawancara Eksklusif buat Tabloid

             Dari wawancara itulah untuk pertama kalinya artikel gue dimuat dua halaman di tabloid kampus. Sebelumnya gue cuma pernah ngisi artikel seperempat halaman di tabloid serta beberapa ilustrasi dan komik strip, biasanya tulisan-tulisan gue cuma menghiasi lembaran demi lembaran di Newsletter dan Buletin kampus. Jadi gue sangat berterima kasih sekali kepada Lucia lantaran berkat wawancara itu artikel gue bisa dimuat full, bahkan dari wawancara tersebut muncul ide baru yang mana akan melanggengkan rubrik wawancara eksklusif di tiap edisi media kampus, aih senangnya hahahha..
            Setelah sukses dengan artikel tersebut, gue mencoba peruntungan dengan menulis di media profesional dengan cara mengirim artikel ke rubrik Poros Mahasiswa di harian Sindo. Ternyata artikel gue tembus dan dimuat, dari situ gue mulia rutin menulis, baik untuk blog maupun untuk dikirim ke media, selama satu bulan itu artikel gue pun dimuat dua kali. Meskipun senang dengan hasil tersebut, tapi entah kenapa penyakit lama gue kambuh lagi, MALAS. penyakit malas itu lah yang membunuh semangat gue, mula-mula gue males nulis di blog, kemudian berlanjut ke tulisan gue untuk media, dari situlah dalam waktu hanya semangat gue buat nulis ke media pelan-pelan memudar. Dari mulai nunda-nunda ngirim sampai akhirnya gak pernah ngirim sama sekali hingga saat ini, mungkin 2014 bisa menjanjikan semangat dan optimisme baru untuk mengembalikan kebiasaan menulis gue, semoga aja J
            Selain menulis, ada satu hal lain yang gue kembangkan di tahun ini, yakni menggambar. Menggambar udah jadi hobi gue sejak bocah, sejak kemana-mana masih pake kancut rider gue udah senang gambar, beruntungnya gue karena lingkungan gue cukup dekat dengan budaya menggambar. Kembali ke soal mengembangkan hobi menggambar, sejak masuk pers mahasiswa di kampus gue sering diminta untuk membuat ilustrasi baik untuk artikel maupun cover dari media. Maka dari situ gue mulai lebih serius dalam mengasah kemampuan menggambar gue, sejak tahun 2013 entah kenapa menggambar secara gak langsung bisa jadi jalan gue untuk menghubungkan diri dengan orang-orang tertentu. Gue pernah memberikan karikatur sebagai kenang-kenangan kepada Lucia Saharui dan Zackia Arfan, lebih kepada bentuk ucapan terima kasih sebenarnya kepada Lucia karena udah bersedia jadi nara sumber untuk tabloid kampus gue. Sementara Zackia Arfan lebih kepada kesalah pahaman aja, lantaran sebelumnya gue mengira kalau dia bakal dateng ke kampus gue sebagai salah satu pembicara dari Wide Shot dalam acara Pelatihan Jurnalisme Warga, ternyata bukan. Tapi karena udah dibuat rasanya gak afdol kalau gak dikasihin ke orangnya, jadinya ya gue anterin sekalian bareng karikaturnya Lucia ke Metro Tv J

Lucia & Karikatur

Karikatur Lucia

Karikatur Zackia

            Satu lagi, hal berkesan yang terjadi sepanjang tahun 2013. Sejak pertama kali gue buat blog, baru kali ini gue bisa sering posting ke blog ini. Sebelumnya dalam satu tahun untuk bisa posting 7 artikel aja udah bagus, tapi di tahun bisa nulis 20 lebih artikel merupakan pencapaian positif buat gue. Maka dari itu semoga tahun depan gue bisa lebih sering ngisi blog ini dengan tulisan-tulisan lainnya, meskipun isinya kurang bermanfaat hehehe.. tapi setidaknya artikel yang gue posting semuanya original buatan gue tanpa copas dari manapun, prestasi tersendiri buat gue J

            Demikian beberapa hal berkesan yang terjadi selama satu tahun ini, meskipun bukan sesuatu yang luar biasa sepertinya, tapi cukup memberikan kesan positif buat gue. semoga hal positif yang terjadi di tahun ini bisa terus berlanjut di tahun depan. Amiiiin J

Bonus: Anugerah Jurnalisme Warga 2013

Jumat, 27 Desember 2013

Cerita Konyol, dari dan ke..

Pernah ngalamin kejadian konyol? Atau melihat hal konyol yang dilakuin orang lain? Setiap orang pasti punya pengalaman tersebut, baik yang disengaja maupun yang tidak sengaja. Berikut beberapa kejadian yang pernah gue alamin dan lihat selama ini, cekidot;

1.      Haram dan Halal

Dulu waktu gue SD, gue pernah ikut kegiatan ngaji di TPA. Nah pada suatu hari, santri-santri disitu dikasih tugas untuk menuliskan jenis-jenis makanan & minuman haram. Menjelang waktu istirahat, tugas pun dikumpulkan dan langsung dikoreksi saat itu juga. Di salah satu buku yang dikumpulkan terdapat jawaban yang cukup nyeleneh, di situ dituliskan beberapa jenis “makanan” yang menurut tuh anak merupakan makanan haram, diantaranya ada Tai Kucing, Tai Ayam, dan Tai Kotok. Di minuman haramnya juga gak kalah konyol, di bukunya tuh anak juga nulis Air Got dan Air Comberan sebagai jenis minuman haram. Anjriiiit, beberapa anak yang lagi ngumpul di meja guru langsung ngakak liat jawaban tuh anak, mungkin menurut dia makanan & minuman haram itu adalah jenis yang gak bisa dikonsumsi sama sekali, maka dari itu muncullah jawaban aneh bin ajaib di buku tuh anak. Tapi ya berhubung masih pada SD jadi maklum lah kalau pada odong, walaupun menurut gue itu odong yang kebangetan hahahaha..

2.      Kebelet

Gimana rasanya kalau lo lagi kebelet? Pastinya gak bakal bisa konsentrasi sama apa yang lo lakuin, apalagi kalau kebelet boker. Gue punya dua cerita tentang kebelet boker, yang pertama waktu gue SMP. Kejadiannya pas gue lagi ada diruang tamu sambil baca majalah, tiba-tiba om gue turun dari lantai dua dan langsung duduk diruang tamu sambil menyalakan TV. Setelah beberapa detik menonton TV om gue tiba-tiba inget sesuatu, sambil mematikan TV doi pun berkata, “oiya, kan mau boker. kenapa jadi nonton TV”. Gue yang denger ucapan om gue langsung ngakak gak berenti-berenti, bayangin orang kebelet boker masa bisa lupa sama rasa mules di perutnya? Mungkin karena saking mulesnya, om gue jadi gak konsen sama apa yang dilakukannya dan secara gak sadar dia malah pergi ke ruang tamu untuk nonton TV. Untung dia inget kalau mau boker, coba kalau keterusan.. bisa heboh satu rumah wkwkw..
Satu lagi pengalaman tentang kebelet boker, kali ini kejadiannya sekitar tahun 2010 atau 2011. Pada suatu siang, ketika gue lagi asik-asiknya ngenet di komputer, tiba-tiba tanpa permisi rasa mules datang melanda perut gue, akhirnya mau gak mau harus ke WC dulu. Di perjalanan menuju WC yang cuma beberapa langkah, rasa mules gue semakin menjadi, dengan setengah ngacir gue pun sampai di depan pintu kamar mandi yang letaknya ada di bawah. Sebelum masuk, gue biasanya melafalkan doa terlebih dahulu, nah pada saat baca doa inilah terjadi kesalahan, dimana seharusnya gue membaca doa masuk kamar mandi tapi yang terucap malah DOA MAU MAKAN. Apa yang ada dipikiran lo, saat orang mau masuk kamar mandi yang tujuannya ingin buang air besar melafalkan doa mau makan?

3.      Disangka Udah Naik

Pengalaman gue yang satu ini berhubungan dengan ojek. Gue kalau ke kampus suka naik ojek, hampir semua tukang ojek yang ada di pangkalan ojek udah gue tumpangin, salah satunya bernama Pak Joko. Nah, ketika itu Pak Joko dateng menghampiri gue yang sedang jalan ke arah pangkalan, ketika motor udah berbalik arah dan gue tinggal naik, tiba-tiba si Pak Joko ini malah jalan sebelum gue sempet naik. Alhasil gue pun ditinggal gitu aja dengan pose satu kaki terangkat kayak orang mau ngebonceng motor. Setelah naik ojek lain, gue pun berangkat ke kampus, dan didekat kampus gue ngeliat Pak Joko lagi kebingungan dan sambil ngedumel berlalu menuju pangkalan ojek. Sampai sekarang gue juga masih bingung, kenapa dia langsung cabut, padahal gue belum bilang jalan dan belum sempet naik juga. Biarlah itu menjadi misteri diantara tukang ojek di pangkalan.

4.      Disangka Temen, Ternyata Guru

Ini kejadian yang gue liat pas masih SD. Saat itu sedang dilakukan upacara bendera, karena gue udah kelas enam jadinya barisan gue ada di pojok, bersebelahan dengan anak kelas satu sekolah tetangga (sekolah gue satu komplek dengan dua sekolah lainnya, tapi beda gedung). Waktu itu gue liat ada anak kelas satu yang lagi bercanda sama temen dibelakangnya, karena sering noleh kebelakang dan banyak gerak akhirnya menarik perhatian salah seorang guru yang ngawas di barisan belakang. Sang guru yang udah ada dibelakang mereka lantas menjewer anak yang didepan, tapi si anak yang dijewer mengira itu dilakukan sama temennya dibelakangnya, dan langsung balas menjewer. Hal itu berlangsung sampai beberapa kali hingga akhirnya si anak menyadari bahwa yang menjewer dia dari tadi adalah gurunya.


Minggu, 22 Desember 2013

Garuda Emas, Spesialis Perak (SEA Games 2013)


Indonesia kembali memperoleh medali perak dari cabang sepakbola Sea Games, setelah kalah dari Thailand di babak Final dengan skor tipis 0-1. Secara permainan Indonesia bisa mengimbangi Thailand, bahkan hingga memasuki masa injury time babak kedua tim Gajah Putih tersebut harus tampil bertahan lantaran Indonesia terus menekan. Namun hingga peluit panjang dibunyikan Indonesia tidak mampu mencetak gol balasan ke gawang Thailand, target medali emas pun harus ditunda untuk dua tahun kedepan. Bagi tim Thailand, ini emas pertama dari cabang sepakbola sejak terakhir mereka raih di Sea Games 2007, Thailand.
            Sebenarnya Indonesia bisa saja memenangi permainan, bila dilihat dari banyaknya peluang yang dapat dikonversi menjadi gol, tapi lagi-lagi lini depan Garuda Muda belum mampu tampil garang seperti pada Sea Games dua tahun lalu, bisa dibilang lini depan timnas u23 udah panas tapi belum sampai mendidih. Hanya saja faktor stamina cukup mempengaruhi penampilan anak asuh Rahmad Darmawan, sebelumnya di babak Semifinal Indonesia harus memastikan lolos dengan melalui babak adu penalti, yang mana pasti menguras fisik punggawa Garuda Muda. Lain halnya dengan Thailand, mereka hanya bermain selama 90 menit di Semifinal setelah mampu menundukkan perlawanan Singapura dengan skor tipis 1-0.
            Tapi diluar itu semua timnas u23 udah mampu menjawab kritik dari para pengamat dan pendukungnya, dengan tampil mengesankan setelah sebelumnya tampil buruk di tiga laga awal. Meski minim gol, tapi lini tengah Indonesia bisa dibilang tampil cemerlang sejak pertandingan terakhir penyisihan grup hingga babak Final, bahkan pemain Thailand pun sampai keteteran saat menghadapi akselerasi Bayu Gatra, Ramdhani Lestaluhu, dan Rizki Pellu.

Stabil

            Prestasi Indonesia dalam dua Sea Games terakhir bisa dibilang cukup stabil, dua kali menjadi Finalis dan dua kali merah perak termasuk pencapaian yang cukup positif ditengah minimnya prestasi timnas sepakbola Indonesia. Ini patut disyukuri mengingat dua tim kuat, Vietnam dan Malaysia yang dalam Sea Games kali ini justru tidak meraih medali dari cabang sepakbola.
             Vietnam, Finalis Sea Games 2009 Laos,  harus pulang lebih awal setelah pada pertandingan terakhir penyisihan grup, kalah dari Malaysia dengan skor 2-1. Sejak Sea Games 2009, prestasi Vietnam memang menurun secara teratur, pada 2011 langkah Vietnam harus terhenti di Semifinal setelah dikalahkan tuan rumah Indonesia dengan skor 2-0. Kemudian di perebutan perunggu, Vietnam harus menyerah ditangan Myanmar dengan skor telak 4-1, Vietnam pun harus pulang dengan tangan kosong. (Vietnam: 2009; perak, 2011; Semifinalis, 2013; Penyisihan Grup).
            Lain halnya dengan Malaysia, peraih emas dua kali berturut-turut tersebut harus pulang dengan tangan hampa setelah diperebutan perunggu harus mengakui keunggulan Singapura dengan skor 2-1. Hal ini cukup menarik karena pada babak penyisihan grup Malaysia tampil baik dengan tidak kehilangan poin dari empat laga yang dimainkan, bahkan di pertandingan terakhir mereka mampu mengalahkan Vietnam yang di laga awal berhasil menghancurkan Brunai Darussalam dengan skor 7-0. (Malaysia : 2009; emas, 2011; emas, 2013; Semifinalis).

2015; timnas U19?

            Menatap Sea Games 2015, Indonesia sepertinya masih tetap menargetkan medali emas dari cabang sepakbola. Gagal dua kali berturut-turut di partai Final Sea Games, pastinya akan membuat beberapa punggawa timnas u23 saat ini seperti Pahabol dan Alfin Tuasalamony penasaran, apalagi saat itu mungkin saja ada pemain alumnus timnas u19 yang dimasukkan ke dalam skuad Sea Games, sehingga diharapkan akan menambah daya gedor timnas khususnya dilini depan.
            Saat ini Indonesia bisa dibilang beruntung lantaran memiliki calon pemain, atau lebih tepatnya calon tim dengan kualitas yang baik, yang dapat meneruskan perjuangan senior mereka di ajang Sea Games dua tahun mendatang. Keikutsertaan timnas u19 di Piala Asia u19 tahun 2014 nanti sepertinya akan cukup membantu dalam mengembangkan permainan dan mental bertanding anak-anak Garuda Jaya, sehingga diharapkan pada Sea Games dua tahun yang akan datang para pemain muda tersebut akan lebih matang dan lebih siap untuk mengemban misi merebut medali emas. Semoga saja J


Senin, 16 Desember 2013

Kembalinya Garuda Emas (SEA Games 2013)


Ini dia !!! ini Indonesia !!! ini Garuda Muda yang sesungguhnya !!! yeah.. setelah ditunjukkan dengan permainan yang menyedihkan di tiga pertandingan terakhir, akhirnya anak-anak Garuda Muda mampu membukukan kemenangan berharga atas tuan rumah. Tampil dihadapan publik Myanmar, Indonesia tampil lepas serta mampu menguasai pertandingan di babak pertama, hingga akhirnya berhasil unggul lewat titik putih melalui sontekan Alfin Tuasalamony. Masuknya Syaifuddin menggantikan posisi Andri Ibo jelas memberikan perubahan yang signifikan pada permainan timnas u23, khususnya di lini pertahanan. Hal ini mulai terlihat sejak pertandingan menghadapi Timor Leste, meskipun akhirnya Indonesia hanya mampu imbang dari negara asal Xanana Gusmou tersebut.
            Suasana positif jelas terlihat sejak pemain hendak memasuki lapangan, senyum dan kepercayaan diri terlihat dari raut para pemain yang sedang berbaris di lorong stadion. Ini sangat berbeda bila dibandingkan dengan pertandingan-pertandingan sebelumnya, dimana mereka cenderung tanpa senyum dan terlihat kurang antusias dalam menghadapi pertandingan. Entah apa yang merubah mental bertanding timnas u23 pada malam hari ini, tapi yang pasti mereka tampil sangat baik dan mampu merepotkan pertahanan Myanmar hingga babak pertama usai.
            Berbeda halnya dengan tuan rumah yang tampil dibawah dukungan ribuan suporternya, mereka seperti terbebani dengan target juara dan menang mudah atas Indonesia. Sebelumnya media-media Myanmar banyak yang menilai permainan Indonesia tidak lebih baik dari timnasnya, sehingga target kemenangan atas Indonesia jelas harus bisa diraih tuan rumah dan dirasa dapat tercapai dengan mudah. Akan tetapi dukungan serta harapan yang disematkan masyarakat Myanmar nampaknya malah membebani Kyaw Ko Ko dkk. pada pertandingan malam ini, sehingga penampilan yang ditunjukkan para pemain Myanmar justru kontradiktif dengan harapan para pendukungnya.
            Bisa dibilang apa yang terjadi malam hari ini seperti ulangan Piala AFF 2004, antara Vietnam melawan Indonesia. Vietnam selaku tuan rumah begitu diunggulkan, meskipun pada saat itu Indonesia juga tampil baik dengan menorehkan kemenangan besar atas Kamboja dan Laos, serta imbang 0-0 dari Singapura. Dukungan publik tuan rumah sangat terasa pada saat itu, lautan merah menyesaki tiap sudut tribun stadion sehingga bisa dikatakan pertandingan saat itu merupakan Big Match yang mempertemukan tim tuan rumah Vietnam dengan tim 2 kali Finalis AFF dua edisi terakhir.
            Saat itu, tuan rumah begitu percaya diri bakal mengatasi perlawanan Indonesia dan dapat melaju ke babak Semifinal. Namun, determinasi tuan rumah dapat diredam anak asuh Peter Withe yang kala itu diperkuat Ilham Jayakesuma dan pemain debutan Boaz Sollosa. Alhasil, Indonesia mampu menundukkan Vietnam dengan skor meyakinkan, 0-3 sekaligus mematahkan ambisi tuan rumah untuk bisa lolos ke babak Semifinal Piala AFF 2004.

Ketajaman

            Indonesia memang mampu menang atas Myanmar, namun tetap tidak memecahkan masalah dilini depan yang mana masih kesulitan dalam mencetak gol. Beberapa peluang sempat diciptakan Bayu Gatra dkk. namun tidak ada yang dikonversi menjadi gol, salah satu peluang emas sempat tercipta di babak pertama lewat tendangan mendatar yang berhasil melewati selangkangan Kiper Myanmar, namun bola hanya tipis saja melewati tiang gawang.
            Satu lagi peluang emas masih tercipta dari aksi Bayu Gatra, diawali dari aksi dua pemain timnas, Bayu Gatra mendapat sodoran bola di dalam kotak pinalti, namun tendangannya masih belum menemui sasaran dan hanya melesat melewati gawang yang kosong tak terjaga. Pun demikian dari tendangan bebas, tendangan yang dilesatkan Alfin Tuasalamony maupaun Yandi Munawar masih belum mampu membahayakan gawang lawan, bebepara bahkan membentur pagar hidup.
            Untungnya penampilan pemain tengah Indonesia cukup baik dan mampu menekan pertahanan Myanmar selama babak pertama, meskipun dibabak kedua penampilan mereka mengendur tapi itu lebih disebabkan karena faktor kelelahan. Beberapa kali tusukan-tusukan dari Ramdani Lestaluhu dan Bayu Gatra mampu merepotkan pemain belakang Myamnar, bahkan tidak sedikit dari aksi mereka yang harus dihentikan dengan pelanggaran. Dari situ sebenarnya Indonesia punya keunggulan, hanya saja masih ada aksi-aksi individu yang dilakukan pemain pada saat memegang bola sehingga menghilangkan beberapa peluang yang sebenarnya bisa dimaksimalkan menjadi sebuah gol.

Frustasi

            Ekspektasi tinggi terhadap timnas Myanmar menjadikan para pendukung tuan rumah begitu frustasi melihat penampilan timnas kebanggaan mereka tidak berkembang saat menghadapi Indonesia. Padahal dilaga-laga sebelumnya mereka tampil impresif dengan mencetak banyak gol ke gawang Kamboja dan Timor Leste, bahkan mampu menahan imbang Thailand dengan skor 1-1.
            Awalnya, raut optimis jelas tergambar di wajah para pendukung Myanmar, menyanyikan lagu nasional dengan begitu semangatnya hingga membuat gemuruh yang amat bising di seantero stadion, hal tersebut dilandasi dengan tingginya harapan mereka terhadap timnasnya untuk bisa memulangkan Indonesia dari ajang SEA Games kali ini. Namun, dukungan yang terlalu besar justru memberatkan para pemain Myanmar untuk bisa tampil lepas sehingga banyak sekali peluang-peluang yang tercipta hasil dari kelengahan barisan pertahanan Myanmar.
            Hingga akhirnya terjadilah pelanggaran di kotak pinalti, yang kemudian menjadi awal petaka tim tuan rumah. Tembakan keras Alfin Tuasalamony ke kiri gawang membuat Indonesia unggul dengan skor 1-0, stadion pun menjadi sunyi menyambut selebrasi Alfin setelah mencetak gol kemenangan Indonesia. Di babak kedua, gairah suporter tuan rumah kembali naik setelah melihat Myanmar tampil menekan dengan mengandalkan dua Strikernya, terlebih dengan masuknya Kyaw Ko Ko yang sebelumnya dicadangkan. Indonesia mulai kesulitan dalam menguasai lini tengah, hanya beberapa kali saja Ramdani Lestaluhu dan Bayu Gatra mengusik pertahanan Myanmar dari sisi sayap. Selebihnya Myanmar tampil menekan dengan melakukan umpan langsung ke arah Striker mereka yang pada kenyataannya masih belum mampu membuahkan gol.
            Memasuki menit 80an, sepertinya para pendukung Myanmar sudah tidak mampu membendung kekecewaan mereka, hal tersebut terlihat ketika seorang pendukung Myanmar masuk ke dalam kotak pinalti, entah apa yang diucapkannya tapi yang jelas kekecewaan sangat tergambar jelas dari wajahnya. Tidak berapa lama saat memasuki masa Injury Time, salah seorang pendukung dengan mengibas-ngibaskan atributnya masuk mendekati sudut lapangan, aksinya tersebut berhasil dihalau official serta pemain Myanmar. Ternyata rasa frustasi juga merasuki pemain Myanmar, memasuki menit 88 salah seorang pemain mengasari Fandi Eko sehingga menyebabkan keluarnya kartu merah untuk pemain tersebut.
            Selain itu lemparan batu pun sempat mewarnai pertandingan malam ini, bayangkan saja batu pun bisa dilemparkan pendukung tuan rumah ke dalam lapangan. Jelas sekali pengamanan yang dilakukan panitia sangat minim, terlebih untuk pertandingan Internasional. Bisa saja kejadian barusan akan menjadi catatan penting bagi AFC, mengingat pada tahun 2014 nanti Myanmar akan menjadi tuan rumah putaran Final Piala Asia u19.

Konsisten

            Entah siapa yang akan dihadapi Indonesia di babak Semifinal nanti, peluang masih terbuka bagi tiga tim (Singapura, Vietnam, Malaysia) untuk bisa lolos dari fase grup di grup A. Yang pasti Indonesia harus lebih bersiap dalam menghadapi babak Semifinal, sebab bukan tidak mungkin Indonesia akan bertemu Malaysia yang mana pada saat ini sedang bertengger di puncak klasemen grup A, mengungguli Vietnam dan Singapura dengan 7 poin. Sama seperti Indonesia, Malaysia tampil kurang baik diawal turnamen, hanya menang 2 gol dari Brunai yang secara kualitas sebenarnya jauh di bawah mereka. Tapi hal tersebut berubah saat menghadapi Laos dimana mereka mampu menang telak dengan skor 4-1, walau kemudian harus imbang dari Singapura dengan skor 1-1.
            Indonesia memang lolos ke babak Semifinal, dengan level bertanding yang terus meningkat sejak pertandingan pembuka, tapi akan lebih baik bila trend positif tersebut dapat dipertahankan, mengingat calon lawan yang akan dihadapi jelas akan lebih kuat dan jauh lebih merepotkan ketimbang lawan di babak penyisihan. Bila timnas bisa bertanding seperti saat melawan Myanmar bukan tidak mungkin Indonesia mampu kembali diperhitungkan dalam peta persaingan perebutan medali emas di cabang sepakbola. Kita tunggu saja penampilan Rizki Pellu dkk. semoga bisa kembali memulihkan kepercayaan para pendukung timnas atas target emas yang sudah dicanangkan, semoga saja.

            

Minggu, 15 Desember 2013

Tuah Sang Tuan Rumah (SEA Games 2013)


Indonesia akan bertemu Myanmar di laga pamungkas grup B cabang sepakbola SEA Games 2013. Menghadapi tuan rumah, peluang Indonesia dinilai kecil untuk bisa memetik kemenangan, terlebih Indonesia diharuskan menang dengan jumlah gol besar demi mengamankan tiket ke Semifinal. Ada satu catatan penting yang harus diwaspadai anak asuh Rahmad Darmawan, determinasi pemain Myanmar saat bertanding di depan publik sendiri jelas akan merepotkan pertahanan timnas Indonesia. Hal tersebut sempat dialami timnas senior Indonesia saat mengikuti turnamen di Myanmar pada saat persiapan menjelang Piala AFF 2008.
            Saat itu Indonesia bertemu dua kali dengan Myanmar, pada saat babak penyisihan grup dan partai Final. Pada babak penyisihan Indonesia harus takluk dari tuan rumah dengan skor 2-1, Myanmar yang saat itu dilatih Marcos Antonio Falopa tampil baik dengan mengandalkan tusukan-tusukan pemain tengah mereka. Walau mengalami kekalahan dari Myanmar, Indonesia tetap bisa lolos ke babak Semifinal yang kemudian berhasil lolos ke Final setelah mampu menundukkan klub dari Korea Selatan melalui adu pinalti. Di babak Final, anak asuh Beny Dollo masih tidak bisa mengatasi perlawanan Myanmar, tampil ngotot dengan mengandalkan lini tengah mereka, Myanmar akhirnya mengalahkan Indonesia kembali dengan skor 2-1.
             Selain Indonesia, Singapura juga pernah mengahadapi situasi yang sama dimana pada saat itu mereka bertemu di babak Semifinal Piala AFF 2004. Meskipun pertandingan dilangsungkan di Kuala Lumpur, Malaysia, dikarenakan pada saat itu Myanmar tidak memiliki Stadion yang layak untuk menggelar pertandingan Internasional, mereka tetap tampil impresif dengan mampu merepotkan Singapura yang saat itu diperkuat Noh Alam Syah. Pertandingan tetap dimenangkan Singapura, tapi bukan pertandingan yang bisa dibilang mudah, Singapura unggul 3-4 atas Myanmar.
            Berkaca dari dua pengalaman di atas, kekhawatiran akan peluang Indonesia di ajang SEA Games cabang sepakbola semakin jelas terlihat. Apalagi dengan ketiadaan Striker tajam di lini depan yang juga ikut berpengaruh terhadap produktifitas timnas u23 dalam mencetak gol. Selain itu, dukungan publik tuan rumah bisa menambah tekanan anak asuh Rahmad Darmawan dalam pertandingan yang akan berlangsung pada Senin, 16 Desember tersebut. Bila dilihat dari kekurangan timnas u23 pada ajang SEA Games kali ini lebih kepada lemahnya mental bertanding Garuda Muda, meskipun sempat tampil apik di ajang Islamic Solidarity Games di Palembang, mental pemain Indonesia u23 belum teruji betul lantaran pertandingan masih berlangsung di bawah dukungan publik sendiri.
            Keadaan jelas berbeda bila bertanding di tempat netral ataupun di bawah tekanan suporter lawan, hal ini yang sepertinya kurang dipersiapkan oleh timnas u23. Lemahnya mental bertanding timnas bisa dilihat sejak pertandingan awal, disaat menghadapi Kamboja, Indonesia tampil menekan sejak menit awal, namun buruknya penyelesaian akhir membuat para pemain menjadi frustasi dan seakan kehilangan kepercayaan diri. Hal tersebut kemudian terbawa disaat berhadapan dengan Thailand, baru menit pertama Andik Vermansyah dkk. sudah tertinggal lebih dulu, kemudian disusul dengan 3 gol yang terjadi dipertengahan babak pertama dan kedua. Meskipun sempat mencetak gol hiburan lewat sepakan pemain belakang, Andri Ibo, Indonesia tetap tidak terselamatkan dari kekalahan telak 4-1 dari Thailand.
            Setelah meraih hasil imbang atas Timor Leste, peluang Indonesia untuk lolos ke babak Semifinal jelas kecil, mengingat determinasi yang akan ditunjukkan tuan rumah saat bertanding melawan Indonesia diprediksi akan merepotkan Garuda Muda. Sepertinya Myanmar akan menargetkan kemenangan atas Indonesia, bisa dibilang keadaannya seperti lima tahun yang lalu, dimana Indonesia harus berhadapan dengan Myanmar didepan publik lawan.
            Akankah Indonesia mampu menkandaskan perlawanan tuan rumah di depan publik mereka? Semoga saja, karena gue sangat berharap kondisi seperti Piala AFF 2004 akan terjadi di SEA Games kali ini. Pada saat itu (AFF 2004), Vietnam selaku tuan rumah cukup diunggulkan saat berhadapan dengan Indonesia pada fase penyisihan grup . Lautan merah memenuhi Stadion, bukan untuk mendukung Indonesia, tapi tuan rumah Vietnam, meskipun pada saat itu Indonesia dinilai punya kualitas diatas pemain Vietnam, namun dukungan publik akan meningkatkan semangat bertanding tim Vietnam. Namun, determinasi saja kurang cukup untuk bisa memenangi pertandingan, Indonesia mampu membungkam suporter Vietnam dengan kemenangan telak 0-3. Salah satu gol diciptakan melalui kaki Ilham Jayakusuma, Striker Persita Tangerang yang diakhir turnamen keluar sebagai Top Score.

            Semoga aja besok anak-anak Garuda mampu memberikan permainan terbaiknya dan mudah-mudahan mampu memenangkan pertandingan. Amiiiiiiiiiiin.Tapi untuk bisa meraih emas dengan skuad yang ada sekarang ini jelas merupakan hal yang berat, sulit rasanya mengharapkan Alfin Tuasalamony dkk. untuk bisa merebut emas SEA Games kali ini. Selain buruknya permainan, banyaknya pemain yang cedera semakin mempersulit timnas u23 untuk terus berjuang di ajang SEA Games kali ini. Gue jadi kepikiran, gimana ya reaksi para pemain yang sempat dicoret dari skuad timnas u23 ketika mengetahui bahwa Indonesia tampil buruk dan kurang meyakinkan di ajang SEA Games? Terlebih Syamsir Alam.. J

Sepakbola Dalam Duka (SEA Games 2013)


Entah apa yang ada dipikiran para petinggi PSSI, pemain timnas u23, serta pelatih kepala Rahmad Darmawan atas penampilan buruk Garuda Muda di ajang SEA Games 2013. Kalau gue jelas sangat kecewa dengan apa yang ditunjukkan timnas u23, minim kreasi serangan, gak ada inisiatif dalam melakukan serangan ke jantung pertahanan lawan, lemah dalam melakukan tembakan ke arah gawang, benar-benar kacrut mainnya. Ini nih yang katanya Garuda emas? Perunggu aja juga belum tentu dapet.
            Setelah sore hari ini kita kembali “dipermalukan” oleh Timor Leste, lewat hasil imbang 0-0, gue semakin yakin kalau timnas yang dibawa ini gak sebagus seperti timnas di SEA Games dua tahun lalu.  Sebelumnya Indonesia pernah imbang dari Timor Leste pada saat persiapan menjelang SEA Games, tapi karena statusnya laga uji coba jadi ya gak terlalu masalah dan saat itu gue merasa pasti bakal ada evaluasi yang dilakukan coach Rahmad Darmawan.
 Tapi ternyata dugaan gue salah, setelah melalui dua pertandingan “berat” menghadapi Kamboja dan Thailand, Indonesia di bebankan dengan hasil wajib menang atas tim yang dulu pernah menjadi bagian dari NKRI tersebut. Harapan publik akan hasil positif yang diraihpun tidak terjadi, Indonesia harus kembali bermain imbang dari Timor Leste dan itu semakin memberatkan langkah Indonesia untuk lolos ke babak semifinal. Meskipun permainan Indonesia lebih baik dari dua pertandingan sebelumnya, tapi masih belum cukup untuk mengantarkan timnas u23 memetik kemenangan dari Timor Leste.
Emang sih di level u23 Indonesia jarang mempunyai generasi emas, setelah adanya regulasi pemakaian timnas junior di ajang SEA Games, Indonesia mulai kesulitan bersaing dalam perebutan medali. Gue sebut “medali,” bukan “medali emas” karena untuk bisa lolos dari fase grup aja Indonesia selalu kesulitan, pernah Indonesia lolos ke babak semifinal dan kemudian harus bersaing dengan Malaysia dalam perebutan medali perunggu di SEA Games Filipina kalau gak salah, dan Indonesia harus mengakui keunggulan Malaysia dengan skor tipis 1-0.
Setelah itu Indonesia kembali tenggelam dari persaingan negara-negara ASEAN dalam cabang sepakbola SEA Games. Yang terburuk dari sejarah keikut sertaan Indonesia dalam cabang sepakbola SEA Games, adalah ketika Indonesia harus kalah dari tuan rumah Laos dengan skor 2-0, dan menghuni dasar klasemen. Saat itu tahun 2009 dan Indonesia memang tampil dengan tim yang kurang meyakinkan, hal tersebut disebabkan tidak adanya jadwal uji coba untuk timnas sehingga tim yang ditargetkan untuk meraih emas itu tampil buruk dan sangat jauh dari kualitas yang sebenarnya, apalagi timnas SEA Games saat itu diperkuat oleh Boaz Sollosa. Selain itu yang lebih parah adalah pelatih kepala saat itu Cesar Payovich tidak bisa berbahasa Indonesia maupun Inggris, jadi intruksi yang diberikan sang pelatih tidak bisa diterapkan dengan baik.
Baru pada SEA Games 2011 di Indonesia, timnas u23 tampil garang. Dengan persiapan yang lumayan matang dengan dihuni pemain-pemain muda berkualitas seperti Patrich Wanggai dan Titus Bonai di lini depan, Hasyim Kipuw di lini tenga, hingga Gunawan Dwi Cahyo dan Abdurahman di lini belakang yang mampu menjadi batu karang dalam mematahkan serangan-serangan lawan. Indonesia menjadi tim yang sangat diperhitungkan pada saat itu, terlebih statusnya yang sebagai tuan rumah jelas menempatkan tim besutan Rahmad Darmawan itu sebagai itu unggulan. Hal itu terbukti dari lolosnya Indonesia ke partai final dan mampu mengalahkan tim-tim kuat seperti Singapura, Thailand, dan Vietnam. Meskipun hanya meraih medali perak, tapi Indonesia mampu menunjukkan permainan yang sangat baik dan yang jelas sangat menghibur.
Kembali ke soal penampilan timnas di ajang SEA Games kali ini. Setelah hanya imbang 0-0 melawan Timor Leste, Indonesia dibebani terget menang besar atas Myanmar. Pasalnya Myanmar yang bermain imbang dengan Thailand telah mengantungi 7 poin, hasil dari 2 kali menang dan satu imbang, pun demikian dengan Thailand yang juga mengantungi poin sama. Bila dipertandingan terakhir Indonesia bisa menang saja dengan Myanmar, itu belum cukup lantaran Myanmar lebih produktif dalam hal mencetak gol, sementara Indonesia baru mencetak dua gol dan sudah kemasukan empat gol. Target menang aja terbilang berat buat anak asuh Rahmad Darmawan, apalagi harus menang besar. Myanmar sebagai tuan rumah jelas ingin meraih kemenangan di depan publiknya, itu sudah terbukti saat Myanmar menghadapi Thailand yang berakhir dengan skor imbang 1-1. Permainan ngotot Myanmar yang mampu mengimbangi perlawanan Thailand jelas patut diwaspadai Rahmad Darmawan, mengingat level permainan Indonesia saat ini bisa dibilang tidak lebih baik dari Myanmar.
            Apakah Indonesia mampu memenuhi target menang besar? sulit kayaknya kalau dilihat dari minimnya produktifitas timnas u23 sejauh ini. Selama uji coba, Indonesia sangat kesulitan dalam menciptakan gol, kemenangan besar yang pernah diraih timnas u23 hanya terjadi di ajang MNC Cup yang pada saat itu diikuti tiga tim dengan kualitas yang sebenarnya tidak lebih baik dari timnas. Menang 3-0 atas Laos dan melumat Papua Nugini 6-0, Indonesia hanya mendapat “ganjalan” dari Maladewa yang saat itu mampu mencetak satu gol ke gawang Kurnia Meiga dan kemudian dibalas oleh dua gol dari Garuda Muda. Lalu kenapa ketajaman timnas u23 tidak terlihat di ajang SEA Games kali ini? Entahlah, yang pasti Indonesia tidak mempunyai mesin gol sekelas Patrich Wanggai maupun Titus Bonai dilini depan, yang mampu mengkonversi peluang menjadi gol, karena faktor itulah kemungkinan para pemain Indonesia kesulitan dalam mencetak gol, bahkan ke gawang Kamboja sekalipun yang secara kualitas sebenarnya jauh dibawah Ramdani Lestaluhu dkk.

Individualis

            Satu hal yang harus digaris bawahi untuk cara bermain timnas yang kurang greget. Banyaknya pemain yang bermain secara individu, terlalu lama memegang bola dan terlalu egois dalam mengeksekusi peluang menjadi sorotan penting, baik oleh pengamat ataupun penikmat sepakbola. Tidak sedikit peluang yang tercipta menjadi sia-sia lantaran pemain yang sedang memegang bola terlalu asik memamerkan kemampuannya, seperti Ramdani Lestaluhu dan Andik Vermansyah, atau mungkin Pahabol, yang pada saat melawan Thailand sebenarnya sudah mampu mengelabui beberapa pemain belakang Thailand dan tinggal melakukan tendangan keras kearah gawang. Tapi apa yang terjadi? Dia (Pahabol) masih melakukan satu kali gerakan yang mana pada saat itu bola langsung disapu oleh pemain belakang Thailand, hilanglah peluang Indonesia untuk mencetak gol penyeimbang ke gawang Thailand.
            Satu lagi aksi individu yang menurut gue buang-buang peluang, ketika Ramdani Lestaluhu menggiring bola dari sisi kanan pertahanan Kamboja, disaat kiper udah menutup ruang tembak seharusnya Ramdani memberikan umpan tarik ke tengah yang mana pada saat itu udah menunggu satu pemain timnas. Tapi sayangnya mantan pemain Persija Jakarta tersebut lebih memilih untuk melakukan tendangan langsung ke arah gawang, atau lebih tepatnya ke pelukan Sou Yaty, kiper Kamboja. Hilanglah peluang Indonesia untuk menciptakan gol pembuka ke gawang Kamboja.

Pembenahan

            Menjelang pertandingan pemungkas menghadapi Myanmar, Indonesia jelas bukan tim yang diunggulkan, terlebih setelah hanya mampu bermain imbang dengan Timor Leste. Bila melihat dari kualitas, Indonesia sebenarnya punya kualitas diatas Myanmar, tapi untuk mental bertanding Myanmar sepertinya jauh lebih siap. Bukan hal mudah untuk bisa menang dari Myanmar, tim yang sudah mempersiapkan diri bahkan sejak SEA Games 2011 di Indonesia. Mengandalkan pemain-pemian belia dua tahun lalu, Myanmar mantap menghadapi SEA Games tahun ini, ditambah dengan semakin tajamnya lini depan mereka yang diisi oleh Kyaw Ko Ko, pemain muda berusia 20 tahun dan kemungkinan masih bisa tampil untuk SEA Games 2015 di Singapura.
            Dari sini seharusnya PSSI bisa berkaca bagaimana mempersiapkan tim yang diproyeksikan untuk meraih target juara. Mengandalkan sumber daya dari liga aja belum cukup untuk bisa membentuk suatu tim yang solid, perlu adanya rencana jangka panjang untuk bisa menghasilkan tim yang layak mengemban target juara. Kalau gue liat selama ini, PSSI kayaknya gampang banget nargetin target emas, padahal persiapannya minim dengan sumber daya yang terbatas. Hampir tiap SEA Games mereka mematok target tinggi, padahal waktu persiapan pun selalu mepet dan hanya dalam hitungan bulan. Ini berbeda dengan tim ASEAN lain semisal Vietnam yang melakukan persiapan jangka panjang, bahkan sampai pergi ke negara Eropa Timur. Lain halnya dengan Singapura yang mempersiapkan timnas u23 nya sejak dini melalui tim bentukan bernama Young Lion XI, tim tersebut berlaga di Liga Malaysia dan dimusim ini tim tersebut mampu menjadi juara Liga Malaysia.
            Melihat persiapan timnas negara lain yang bisa dibilang cukup matang tersebut gue jadi kepikiran sama timnas u19 Indonesia, yang mana saat ini lagi bagus-bagusnya. Gue berharap semoga tim ini pada saatnya nanti bisa diikutkan di ajang SEA Games, mungkin di ajang SEA Games 2015? atau 2017? Walaupun timnas besutan Indra Sjafri tersebut punya target lebih besar sebenarnya untuk level usia u19 & u20, tapi setidaknya emas SEA Games punya gengsi tersendiri bagi Indonesia, khususnya di level ASEAN yang mana pada saat ini sepakbola Indonesia benar-benar diremehkan oleh negara seperti Myanmar dan Kamboja. Kapan emas SEA Games mampir lagi ke Indonesia, setelah 22 tahun Indonesia gak pernah dapet emas dari cabang sepakbola? Jangankan emas, dapet medali aja belum pernah semenjak SEA Games Filipina tahun 1991. Udah saatnya PSSI berbenah, jangan bebal dengan masih merasa kuat di ASEAN, kalau tidak ingin terjegal Kamboja dan Timor Leste di masa mendatang.





            

Jumat, 13 Desember 2013

Duka Lara Garuda Muda (SEA Games 2013)


Yeaaah.. lagi lagi kalah. Setelah hanya mampu menang 1-0 atas Kamboja dipertandingan pertama, Indonesia harus mengakui keunggulan Thailand dengan skor 1-4. Pertandingan yang berlangsung pada Kamis 12 Desember 2013 tersebut dilangsungkan di Stadion Thuwunna, Yangon dan hanya dihadiri segelintir suporter Indonesia. Ini jelas sangat berbeda pada saat SEA Games 2011 yang mana saat itu Indonesia menjadi tuan rumah dan tentu saja dukungan suporter sangat terasa dikala timnas u23 sedang bertanding.

Entah kenapa gue jadi kepikiran sama SEA Games 10 tahun lalu yang berlangsung di Vietnam. Saat itu Indonesia juga meraih hasil kurang memuaskan di partai pembuka, hanya mampu menang 1-0 dari Laos, Indonesia dinilai menang beruntung oleh media. Meski begitu optimisme tetap dikobarkan demi mendapatkan hasil lebih baik di pertandingan lainnya. Akan tetapi, saat berhadapan dengan Thailand, Indonesia yang masih diperkuat Bambang Pamungkas dan Jendri Pitoy harus menelan kekalahan telak, bahkan sangat telak untuk level Asia Tenggara. Indonesia digulung 7-0, perolehan terburuk Indonesia di cabang sepakbola selama keikut sertaan di SEA Games.

Kondisi diatas  gue rasa bisa dibilang hampir mirip dengan kondisi sekarang ini, dimana dipertandingan perdana Indonesia hanya mampu menang 1-0 dari Kamboja yang secara tradisi menjadi lumbung gol di ajang SEA Games. Banyak yang menilai Indonesia hanya menang beruntung dari Kamboja, tidak terkecuali pelatih Kamboja sendiri, Tae-Hoon Lee. Pelatih asal Korea Selatan itu menilai Indonesia tidak lebih baik dari mereka, selain itu dia juga menyebutkan bahwa permainan Myanmar jauh lebih baik dari pada permainan Garuda Muda. Ini jelas suatu penghinaan, bayangkan pelatih dari tim gurem saja bisa mengeluarkan pernyataan tersebut, apa kata dunia !?

Memang secara materi untuk SEA Games kali ini Indonesia tidak memiliki striker tajam seperti di SEA Games sebelumnya, akan tetapi Indonesia memiliki pemain tengah dengan kualitas baik dan seharusnya mampu menutupi kekosongan di lini depan. Tapi ya namanya juga kompetisi, ada aja kejutan yang terjadi di dalamnya, Perancis aja yang juara dunia 1998 harus pulang lebih awal lantaran gagal menembus fase grup di Piala Dunia 2002.

The Real Thailand

            Thailand kembali tampil menggebrak, setelah di Piala AFF 2010 mereka tampil melempem serta tidak mampu lolos dari fase grup, kemudian dilanjutkan dengan penampilan buruk di SEA Games 2011 yang lagi-lagi tidak lolos fase grup. Sebenarnya saat itu Thailand tidak tampil buruk-buruk amat, di AFF mereka tersingkir setelah kalah 2-1 dari Indonesia di partai pamungkas Grup A. Menurut gue sih kekalahan Thailand lebih disebabkan faktor keberuntungan, tampil menekan sejak awal babak pertama Thailand sempat unggul lewat gol dari Surat Sukha. Kemudian Indonesia mampu menciptakan 2 gol balasan lewat titik putih yang diciptakan oleh Bambang Pamungkas, 2 pinalti tersebut juga memakan “korban” dari kubu Thailand, pemain belakang mereka harus menerima dua kartu kuning yang disebabkan dua pelanggaran di kotak pinalti. Thailand pun harus pulang lebih awal di ajang Piala AFF 2010.

            Di SEA Games 2011 Thailand datang dengan persiapan seadanya, dikarenakan bencana banjir yang melanda negeri gajah putih tersebut sehingga persiapan yang dilakukan juara AFF 3 kali tersebut kurang maksimal. Lagi-lagi Thailand harus dipulangkan oleh Indonesia, setelah harus menyerah 3-1 dari tuan rumah serta menerima 2 kartu merah yang menjadi penyebab pincangnya pertahanan Thailand.

            Memasuki tahun 2012, diawali dengan AFF 2012 yang berlangsung di Malaysia dan Thailand, tim gajah putih tersebut mampu tampil superior dengan menyapu bersih setiap pertandingan di fase grup. Meskipun harus menelan kekalahan di babak final dari Singapura, Thailand tetap menjadi tim yang kembali disegani lantaran mampu menampilkan permainan yang apik.

            Di SEA Games 2013, Thailand kembali tampil meyakinkan dengan mengalahkan Timor Leste 3-1 dan Indonesia 4-1. Bagi Indonesia ini jelas pukulan telak, lantaran tim Indonesia yang dipersiapkan sejak Agustus lalu menargetkan medali emas untuk SEA Games tahun ini. Akan tetapi melihat performa yang ditunjukkan anak asuh Rahmad Darmawan di dua pertandingan terakhir kita patut bertanya, masih realistiskah target emas disematkan kepada timnas u23?

Pembinaan

            Sudah sering sekali para pengamat hingga penikmat yang merasa Indonesia butuh pembinaan pemain muda demi mendapatkan pemain-pemain berkualitas di tiap jenjang usia. Hal ini memang betul adanya, mengingat di tingkat junior Indonesia selalu kesulitan mendapatkan pemain berkualitas untuk pos-pos penting, semisal striker dan playmaker. Pembinaan pemain bisa dilakukan dengan membentuk timnas dari tiap jenjang usia, mulai dari u16 hingga u23, seperti yang dilakukan Malaysia dan Singapura. Untuk Singapura sendiri, mereka mengirimkan pemain mudanya untuk bertanding di kometisi Liga Malaysia, hal ini dimaksudkan untuk membentuk kekompakkan tim.

            Beberapa waktu lalu gue sempet baca tentang rencana PSSI yang ingin membentuk timnas secara berjenjang mulai dari u16 hingga u23 pada tahun 2014 nanti. Ya semoga aja cara tersebut mampu mendongkrak prestasi Indonesia di ajang Internasional, mengingat Indonesia sudah tertinggal dari negara-negara ASEAN lainnya dalam hal pembinaan.