Entah apa yang ada dipikiran para petinggi PSSI, pemain
timnas u23, serta pelatih kepala Rahmad Darmawan atas penampilan buruk Garuda
Muda di ajang SEA Games 2013. Kalau gue jelas sangat kecewa dengan apa yang
ditunjukkan timnas u23, minim kreasi serangan, gak ada inisiatif dalam
melakukan serangan ke jantung pertahanan lawan, lemah dalam melakukan tembakan
ke arah gawang, benar-benar kacrut mainnya. Ini nih yang katanya Garuda emas?
Perunggu aja juga belum tentu dapet.
Setelah sore hari ini kita kembali
“dipermalukan” oleh Timor Leste, lewat hasil imbang 0-0, gue semakin yakin
kalau timnas yang dibawa ini gak sebagus seperti timnas di SEA Games dua tahun
lalu. Sebelumnya Indonesia pernah imbang
dari Timor Leste pada saat persiapan menjelang SEA Games, tapi karena statusnya
laga uji coba jadi ya gak terlalu masalah dan saat itu gue merasa pasti bakal
ada evaluasi yang dilakukan coach Rahmad Darmawan.
Tapi ternyata dugaan
gue salah, setelah melalui dua pertandingan “berat” menghadapi Kamboja dan
Thailand, Indonesia di bebankan dengan hasil wajib menang atas tim yang dulu
pernah menjadi bagian dari NKRI tersebut. Harapan publik akan hasil positif
yang diraihpun tidak terjadi, Indonesia harus kembali bermain imbang dari Timor
Leste dan itu semakin memberatkan langkah Indonesia untuk lolos ke babak
semifinal. Meskipun permainan Indonesia lebih baik dari dua pertandingan
sebelumnya, tapi masih belum cukup untuk mengantarkan timnas u23 memetik
kemenangan dari Timor Leste.
Emang sih di level u23 Indonesia jarang mempunyai generasi
emas, setelah adanya regulasi pemakaian timnas junior di ajang SEA Games,
Indonesia mulai kesulitan bersaing dalam perebutan medali. Gue sebut “medali,”
bukan “medali emas” karena untuk bisa lolos dari fase grup aja Indonesia selalu
kesulitan, pernah Indonesia lolos ke babak semifinal dan kemudian harus
bersaing dengan Malaysia dalam perebutan medali perunggu di SEA Games Filipina
kalau gak salah, dan Indonesia harus mengakui keunggulan Malaysia dengan skor
tipis 1-0.
Setelah itu Indonesia kembali tenggelam dari persaingan
negara-negara ASEAN dalam cabang sepakbola SEA Games. Yang terburuk dari
sejarah keikut sertaan Indonesia dalam cabang sepakbola SEA Games, adalah
ketika Indonesia harus kalah dari tuan rumah Laos dengan skor 2-0, dan menghuni
dasar klasemen. Saat itu tahun 2009 dan Indonesia memang tampil dengan tim yang
kurang meyakinkan, hal tersebut disebabkan tidak adanya jadwal uji coba untuk
timnas sehingga tim yang ditargetkan untuk meraih emas itu tampil buruk dan
sangat jauh dari kualitas yang sebenarnya, apalagi timnas SEA Games saat itu
diperkuat oleh Boaz Sollosa. Selain itu yang lebih parah adalah pelatih kepala
saat itu Cesar Payovich tidak bisa berbahasa Indonesia maupun Inggris, jadi intruksi
yang diberikan sang pelatih tidak bisa diterapkan dengan baik.
Baru pada SEA Games 2011 di Indonesia, timnas u23 tampil
garang. Dengan persiapan yang lumayan matang dengan dihuni pemain-pemain muda
berkualitas seperti Patrich Wanggai dan Titus Bonai di lini depan, Hasyim Kipuw
di lini tenga, hingga Gunawan Dwi Cahyo dan Abdurahman di lini belakang yang
mampu menjadi batu karang dalam mematahkan serangan-serangan lawan. Indonesia
menjadi tim yang sangat diperhitungkan pada saat itu, terlebih statusnya yang
sebagai tuan rumah jelas menempatkan tim besutan Rahmad Darmawan itu sebagai
itu unggulan. Hal itu terbukti dari lolosnya Indonesia ke partai final dan
mampu mengalahkan tim-tim kuat seperti Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Meskipun hanya meraih medali perak, tapi Indonesia mampu menunjukkan permainan
yang sangat baik dan yang jelas sangat menghibur.
Kembali ke soal penampilan timnas di ajang SEA Games kali
ini. Setelah hanya imbang 0-0 melawan Timor Leste, Indonesia dibebani terget
menang besar atas Myanmar. Pasalnya Myanmar yang bermain imbang dengan Thailand
telah mengantungi 7 poin, hasil dari 2 kali menang dan satu imbang, pun
demikian dengan Thailand yang juga mengantungi poin sama. Bila dipertandingan
terakhir Indonesia bisa menang saja dengan Myanmar, itu belum cukup lantaran
Myanmar lebih produktif dalam hal mencetak gol, sementara Indonesia baru
mencetak dua gol dan sudah kemasukan empat gol. Target menang aja terbilang
berat buat anak asuh Rahmad Darmawan, apalagi harus menang besar. Myanmar sebagai
tuan rumah jelas ingin meraih kemenangan di depan publiknya, itu sudah terbukti
saat Myanmar menghadapi Thailand yang berakhir dengan skor imbang 1-1.
Permainan ngotot Myanmar yang mampu mengimbangi perlawanan Thailand jelas patut
diwaspadai Rahmad Darmawan, mengingat level permainan Indonesia saat ini bisa
dibilang tidak lebih baik dari Myanmar.
Apakah Indonesia mampu memenuhi target
menang besar? sulit kayaknya kalau dilihat dari minimnya produktifitas timnas
u23 sejauh ini. Selama uji coba, Indonesia sangat kesulitan dalam menciptakan
gol, kemenangan besar yang pernah diraih timnas u23 hanya terjadi di ajang MNC
Cup yang pada saat itu diikuti tiga tim dengan kualitas yang sebenarnya tidak
lebih baik dari timnas. Menang 3-0 atas Laos dan melumat Papua Nugini 6-0,
Indonesia hanya mendapat “ganjalan” dari Maladewa yang saat itu mampu mencetak
satu gol ke gawang Kurnia Meiga dan kemudian dibalas oleh dua gol dari Garuda
Muda. Lalu kenapa ketajaman timnas u23 tidak terlihat di ajang SEA Games kali
ini? Entahlah, yang pasti Indonesia tidak mempunyai mesin gol sekelas Patrich
Wanggai maupun Titus Bonai dilini depan, yang mampu mengkonversi peluang
menjadi gol, karena faktor itulah kemungkinan para pemain Indonesia kesulitan
dalam mencetak gol, bahkan ke gawang Kamboja sekalipun yang secara kualitas
sebenarnya jauh dibawah Ramdani Lestaluhu dkk.
Individualis
Satu hal yang harus digaris bawahi
untuk cara bermain timnas yang kurang greget. Banyaknya pemain yang bermain
secara individu, terlalu lama memegang bola dan terlalu egois dalam
mengeksekusi peluang menjadi sorotan penting, baik oleh pengamat ataupun
penikmat sepakbola. Tidak sedikit peluang yang tercipta menjadi sia-sia
lantaran pemain yang sedang memegang bola terlalu asik memamerkan kemampuannya,
seperti Ramdani Lestaluhu dan Andik Vermansyah, atau mungkin Pahabol, yang pada
saat melawan Thailand sebenarnya sudah mampu mengelabui beberapa pemain
belakang Thailand dan tinggal melakukan tendangan keras kearah gawang. Tapi apa
yang terjadi? Dia (Pahabol) masih melakukan satu kali gerakan yang mana pada
saat itu bola langsung disapu oleh pemain belakang Thailand, hilanglah peluang
Indonesia untuk mencetak gol penyeimbang ke gawang Thailand.
Satu lagi aksi individu yang menurut
gue buang-buang peluang, ketika Ramdani Lestaluhu menggiring bola dari sisi
kanan pertahanan Kamboja, disaat kiper udah menutup ruang tembak seharusnya
Ramdani memberikan umpan tarik ke tengah yang mana pada saat itu udah menunggu
satu pemain timnas. Tapi sayangnya mantan pemain Persija Jakarta tersebut lebih
memilih untuk melakukan tendangan langsung ke arah gawang, atau lebih tepatnya
ke pelukan Sou Yaty, kiper Kamboja. Hilanglah peluang Indonesia untuk
menciptakan gol pembuka ke gawang Kamboja.
Pembenahan
Menjelang pertandingan pemungkas
menghadapi Myanmar, Indonesia jelas bukan tim yang diunggulkan, terlebih
setelah hanya mampu bermain imbang dengan Timor Leste. Bila melihat dari
kualitas, Indonesia sebenarnya punya kualitas diatas Myanmar, tapi untuk mental
bertanding Myanmar sepertinya jauh lebih siap. Bukan hal mudah untuk bisa
menang dari Myanmar, tim yang sudah mempersiapkan diri bahkan sejak SEA Games
2011 di Indonesia. Mengandalkan pemain-pemian belia dua tahun lalu, Myanmar
mantap menghadapi SEA Games tahun ini, ditambah dengan semakin tajamnya lini
depan mereka yang diisi oleh Kyaw Ko Ko, pemain muda berusia 20 tahun dan
kemungkinan masih bisa tampil untuk SEA Games 2015 di Singapura.
Dari sini seharusnya PSSI bisa
berkaca bagaimana mempersiapkan tim yang diproyeksikan untuk meraih target
juara. Mengandalkan sumber daya dari liga aja belum cukup untuk bisa membentuk
suatu tim yang solid, perlu adanya rencana jangka panjang untuk bisa
menghasilkan tim yang layak mengemban target juara. Kalau gue liat selama ini,
PSSI kayaknya gampang banget nargetin target emas, padahal persiapannya minim
dengan sumber daya yang terbatas. Hampir tiap SEA Games mereka mematok target
tinggi, padahal waktu persiapan pun selalu mepet dan hanya dalam hitungan
bulan. Ini berbeda dengan tim ASEAN lain semisal Vietnam yang melakukan
persiapan jangka panjang, bahkan sampai pergi ke negara Eropa Timur. Lain
halnya dengan Singapura yang mempersiapkan timnas u23 nya sejak dini melalui
tim bentukan bernama Young Lion XI, tim tersebut berlaga di Liga Malaysia dan
dimusim ini tim tersebut mampu menjadi juara Liga Malaysia.
Melihat persiapan timnas negara lain
yang bisa dibilang cukup matang tersebut gue jadi kepikiran sama timnas u19
Indonesia, yang mana saat ini lagi bagus-bagusnya. Gue berharap semoga tim ini
pada saatnya nanti bisa diikutkan di ajang SEA Games, mungkin di ajang SEA
Games 2015? atau 2017? Walaupun timnas besutan Indra Sjafri tersebut punya
target lebih besar sebenarnya untuk level usia u19 & u20, tapi setidaknya
emas SEA Games punya gengsi tersendiri bagi Indonesia, khususnya di level ASEAN
yang mana pada saat ini sepakbola Indonesia benar-benar diremehkan oleh negara
seperti Myanmar dan Kamboja. Kapan emas SEA Games mampir lagi ke Indonesia,
setelah 22 tahun Indonesia gak pernah dapet emas dari cabang sepakbola? Jangankan
emas, dapet medali aja belum pernah semenjak SEA Games Filipina tahun 1991.
Udah saatnya PSSI berbenah, jangan bebal dengan masih merasa kuat di ASEAN, kalau
tidak ingin terjegal Kamboja dan Timor Leste di masa mendatang.