Selasa, 14 Mei 2013

Jeparadise (bag 4)



Dari Pantai Kartini kita bergeser sedikit ke pusat kota, tepatnya di pusat jajanan yang ada di belakang Jepara Shopping Centre (JSC). Tempatnya bersih dan tertata rapih, varian makanannya pun beragam, mulai dari makanan berat sampai ringan ada semua. Sempet bingung mau makan apa akhirnya kita semua memutuskan untuk nyobain Es Gempol dulu, rasanya sih gak jauh beda dengan es campur tapi minim isi, cuma ada serutan es sama bola-bola dari tepung beras. 


            Dari es gempol kita bergeser ke tenda seberang buat nyari makanan berat. Setelah memilih dan memilah akhirnya diputuskanlah untuk makan pecel ayam (yang rasa dan harganya gak jauh beda sama yang di Jakarta). Sehabis makan malam, lanjutlah kita jalan ke alun-alun (jalan kaki, soalnya mobil sewaannya di parkir di deket alun-alun sama yang bawa). Ketika udah mau naik mobil, eh yang lain pada pengen naik becak neon dan alhasil keluarlah duit buat naik becak neon tersebut. Setelah 3 kali muter+bongkar pasang penggenjot, baliklah kita ke rumah untuk istirahat sembari mempersiapkan tenaga buat jalan-jalan besok pagi.

            Hari ketiga di Jepara, Rabu 20 Februari 2013. Bangung siaaaaaang... halah padahal masih ada sisa waktu buat sewa mobil sampe jam 11, dan akhirnya hangus begitu aja hiks hiks hiks hiks.. setelah mandi dan sarapan, beranjaklah kita sambil jalan kaki lagi ke Destinasi wisata terdekat yakni Museum Kartini.

            *Museum Kartini didirikan pada 30 Maret 1975, sementara peresmiannya dilakukan pada 21 April 1977. Museum ini menyimpan benda-benda peninggalan R.A. Kartini dan kakaknya, RMP Sosrokartono serta benda-benda kuno yang ditemukan di wilayah Kabupaten Jepara.

            Dengan membayar tiket masuk sebesar Rp2000,- per orang, kita berdelapan pun bisa menelusuri seluruh ruangan di museum yang berada di sebelah alun2 Jepara tersebut. Di ruangan pertama yang kita masuki terdapat benda2 seperti lukisan, foto-foto, serta replika sudut-sudut ruangan dari kediaman R.A. Kartini, seperti ruang tamu, ruang meditasi RMP Sosrokartono. Kesan seram terasa saat berada di bagian belakang ruangan yang mana terdapat lukisan-lukisan besar yang menampakkan keluarga dan kerabat dari R.A. Kartini.


            Beralih ke ruangan selanjutnya, yang mana pada ruangan tersebut berisi benda-benda berupa keramik serta gong. Selain itu dibagian lain ruangan kedua ini juga terdapat fosil dari ikan raksasa Joko Tuwo, ikan berjenis Paus Gajah itu ditemukan di perairan Karimun Jawa. Sayangnya sebagian besar benda-benda kuno yang disimpan di ruangan ini terlihat kurang terawat, meskipun di waktu yang sama terdapat seorang petugas yang sedang membersihkan koleksi keramik.

           
 Kesan seram juga masih meliputi ruangan kedua, tidak lain karena terdapat beberapa gong di sudut ruangan serta ada juga batu berbentuk lesung dengan dihiasi ukiran yang kelihatannya memang udah sangat tua. Gak kuat lama-lama karena pengap juga di dalam, akhirnya kita beralih ke ruangan berikutnya, dimana pada ruangan tersebut terdapat beberapa benda-benda tradisional yang biasa digunakan oleh masyarakat Jepara dalam beraktifitas sehari-hari, seperti bubu, jala, dan kereta kuda untuk menaruh hasil tangkapan sehabis menjala ikan.

            Di dalam ruangan ketiga ini terdapat lukisan dinding yang terbuat dari bebatuan sungai yang disusun menyerupai wajah R.A. Kartini. Beralih ke sekat sebelah namun masih ada di ruangan yang sama, kali ini benda-benda yang di pajang merupakan hasil kerajinan ukiran masyarakat Jepara. Tidak ada kesan seram, lantaran benda-benda yang dipajang masih terbilang baru.

            Setelah puas berkeliling, kami pun beranjak meninggalkan Museum menuju tempat wisata berikutnya, Pantai Bandengan. Tapi karena kali ini gak naik mobil, kita pun berencana menggunakan angkutan umum untuk mencapai Pantai Bandengan. Setelah bertanya-tanya kepada penjaga Museum, kami pun berjalan meninggalkan Museum menuju Pusat Jajanan yang letaknya tidak jauh dari Museum R.A. Kartini.

            Ba’da Zuhur, kami pun beranjak ke Pantai Bandengan dengan menggunakan angkutan umum yang kami sewa seharga Rp50000,- sampai puas !!! Menurut sang supir, angkot yang ke arah Pantai Bandengan memang sudah berhenti beroperasi sejak pukul 11.30 WIB. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 15 menit, setelah membeli tiket seharga Rp3000,- dan parkir angkot, kita pun mulai melipir ke pantai.

            Suasana pantai yang ditangkap pada saat itu adalah sejuk dan sunyi, lantaran memang tidak terlalu banyak pengunjung bahkan lebih tepatnya seperti tidak ada pengunjung. Namun, sampah yang berserakan di bibir pantai cukup mengurangi keindahan pantai berpasir putih tersebut. Buruknya cuaca juga meyebabkan air laut yang biasanya berwarna kebiruan (setidaknya begitu menurut beberapa tulisan yang pernah gue baca) berubah menjadi keruh.

            Gak terlalu banyak kegiatan yang bisa dilakukan di pinggir pantai, selain main air, mencari cangkang kerang, dan main pasir. Tapi sepinya pantai membuat suasana menjadi lebih privat lantaran memang sangat jarang pengunjung yang datang pada saat itu (atau mungkin hampir setiap hari). Menurut informasi yang gue dapat dari internet, kita bisa pergi ke Pulau Panjang dari Pantai Bandengan dengan menggunakan perahu (perahu ya, bukan kapal). Tapi karena jarak yang lebih jauh, maka wisatawan lebih memilih berangkat dari Pantai Kartini yang secara geografis memang lebih dekat dengan Pulau Panjang (kalau gak percaya cek google).

            Selepas basah dan lengket dengan air laut (cuma sebatas kaki sih) kita pun beranjak meninggalkan Pantai Bandengan, apalagi awan mendung mulai menutupi sebagian langit pantai. Daripada kehujanan mending langsung capcus ajalah ke tempat wisata lain. Baru sampai di dalam angkot sewaan, tiba-tiba hujan langsung turun dengan sangat deras, untungnya kita semua udah ada di dalem hehehe. Setelah itu berangkatlah kita ke tempat wisata selanjutnya, yang pada saat itu sebenarnya belum diputuskan akan kemana.

            Setelah diskusi sebentar di dalam angkot, akhirnya diambilah keputusan untuk kembali mengunjungi Pantai Kartini. Kurang lebih 15 menit di jalan, akhirnya sampailah kita di tempat wisata andalan kota Jepara tersebut. Hujan masih mengguyur dengan deras, tapi karena udah sampe dan gak dilanjutin lagi sewa angkotnya, kitapun turun di depan pintu gerbang Pantai Kartini.


Bersambung...

           

           

           

           

           


Jumat, 10 Mei 2013

Di Balik Wawancara Eksklusif dengan Lucia Saharui



Akhirnya, setelah sekian lama mengidolai sosok Lucia Saharui (terhitung sejak 2008) baru kali ini dapet kesempatan bertemu dan ngobrol bareng sama orangnya. Mungkin buat sebagian orang sepertinya rada aneh ya mengidolai seorang penyiar berita, walaupun pada saat ini kepopuleran penyiar berita atau sebutan kerennya News Anchor, tidak jauh berbeda dengan selebritis atau artis.

Pertama kali gue tau dia, lewat program Sport Corner yang udah “almarhum” di Metro TV. Semenjak itu gue mulai sering nungguin penampilannya, meskipun harus bangun pagi-pagi banget. Alasan utama gue bisa nge fans sama dia sih gak jauh-jauh dari fisik lah, kemudian setelah itu gue menangkap hal lain dari sosok Lucia Saharui yakni suaranya dan kekhasannya dia dalam membawakan program.

Menurut gue, dia punya karakter yang unik sehingga mampu membuat suatu program menjadi lebih enak untuk dinikmati, meskipun masih sering melakukan beberapa kesalahan baik itu pelafalan maupun ketidak tenangan pada saat terjadi kesalahan teknis (teleprompter yang ngadat dsb).

Meskipun begitu, Lucia Saharui punya kelebihan yang tidak dipunyai News Anchor Metro TV kebanyakan. Dia bisa beradaptasi di beberapa program berbeda, mulai dari Sport, Hard News, Soft News, Talk Show, Traveling, sampai berita Ekonomi. Cuma satu jenis program yang belum pernah dibawakan olehnya, yakni Metro Xinwen hiihihiihiihii.

Kembali ke soal “ketemuan”. Sebenarnya gue udah mulai bekomunikasi dengan Lucia sejak November 2011 via Media Social, ketika itu Wideshot baru tayang. Semenjak dari tanya-tanya seputar program barunya itu, kemudian tanya-tanya soal pengalamannya sebagai jurnalis dan selama itu message gue beberapa kali dibales olehnya.

Setelah beberapa kali berbalas message, kemudian muncul rasa jenuh. Yaiyalah, balesannya lama banget soalnya, jadi berasa kirim-kiriman surat kayak jaman dulu hehehhe.. Setelah bosan nungguin message balasan yang suka lama (maklum, dia emang sibuk banget. Apalagi sebagai jurnalis yang jam kerja nya di luar kebiasaan profesi lain), akhirnya muncullah ide nekat hasil dari lamunan di depan TV (di depan TV aja gue ngelamun), ide tersebut adalah mewawancarai Lucia Saharui secara eksklusif.

Kebetulan gue ikut Pers Mahasiswa di kampus dan kebetulan lagi nih LPM gue lagi dalam proses pengerjaan tabloid. Setelah melalui negosiasi yang singkat, akhirnya disetujuilah ide gue tersebut sama bu Pimred (Pimpinan redaksi) dan mulai hari selasa 16 April 2013 message pertama seputar pengajuan permohonan wawancara pun dilayangkan ke akun yang bersangkutan.

Beberapa hari setelah pengajuan wawancara dilayangkan, masih belum ada tanggapan. Kemudian gue coba inisiatif untuk mengirim message lanjutan yang berisi penjelasan lebih detil tentang maksud dan tujuan dari wawancara tersebut. Selepas 2 jam dari message gue, masuklah balasan dari yang bersangkutan yang ternyata cukup positif dalam menanggapi message gue.

Setelah beberapa kali berbalas message, akhirnya ditentukan lah waktu wawancaranya. Kamis, 25 April 2013 jam 11 siang. Girang bukan main, bukan hanya buat gue tapi juga LPM gue hihiihhi. Tapi ternyata kesenangan gue sempet terganggu dengan status gue yang secara struktural udah gak diprioritaskan lagi untuk melakukan tugas peliputan. Sempet drop, tapi gue coba bujuk dan ternyata kebetulan tidak hanya datang satu-dua kali saja. Waktu wawancara yang udah disepakati ternyata bentrok dengan jam UTS Badan Pengurus Harian (BPH). Alhasil, bu Pimred pun mempercayakan tugas penting ini (lebay) kepada gue, dengan ditemani salah satu BPH yang kebetulan lagi gak ada UTS hari itu.

Sehari sebelum wawancara, sempat diskusi dengan Pimred dan rekan liputan gue soal wawancara besok. Setelah sepertinya semua udah beres dan tinggal eksekusi, ternyata masih ada aja kendala lain yang datang menghampiri. Jadwal UTS gue ternyata kamis jam 1 siang !!!! alamak, sempet stres gue mikirinnya.. tapi untungnya dengan pemikiran yang matang gue tetep nekat melanjutkan wawancara besok.

Hari H !!!!!! berangkat dari rumah jam 9 pagi, buat ngehindarin macet dan juga biar bisa dateng lebih awal (dari Bekasi soalnya coy). Soalnya kalau ada janji wawancara usahain jangan sampe dateng telat (janji yang lain juga sih harusnya). Ternyata kalau niat baik itu banyak cobaannya ya, setelah temen gue izin dateng terlambat setengah jam karena ada urusan, eh di jalan pake acara “kesasar” (kesasarnya tanda kutip ye, soalnya kita gak beneran nyasar, tapi cuma lupa jalan. Padahal jalannya udah bener, tapi kitanya aja yang lagi ngaco).

Setelah berjuang menembus padatnya lalu lintas Jakarta, akhirnya sampai juga di Metro TV jam 11 kurang. Stay dulu di masjid yang baru di resmiin pas Idul Adha tahun kemarin sama Surya Paloh, sambil cuci muka, minum, makan permen (biar nafas wangi) sama baca-baca TOR (Term of Reference). Setelah dirasa cukup siap dan waktu udah mepet juga, kita pun beranjak ke Lobby Grand Studio Metro TV yang letaknya ada di ujuuuuuuung.

“Hosh..hosh..hosh..” begitulah suara nafas kita sewaktu jalan dari Mesjid menuju Grand Studio, lumayan capek coy maklum baru istirahat kurang dari 5 menit udah jalan lagi kita. Begitu sampai di depan Lobby, gue dan rekan liputan langsung “dihadang” sama security. Sambil keheranan liat gue yang keringetan kayak abis lari marathon dia pun bertanya dan kemudian terjadilah dialog yang agak aneh seperti di bawah ini:

Security: ”mau ketemu siapa mas?”

Gue: ”hosh.. hosh.. mau ketemu Lucia Saharui pak.. hosh.. huuft”

 Security: “Siapa??? (kemudian menyebutkan nama yang sangat jauh kedengarannya dengan nama Lucia Saharui)

Gue: “Lucia Saharui, kita ada janji wawancara hosh.. hosh..”

 Security :”Sebentar ya”

kemudian dia pun masuk ke dalam Lobby, sambil celingak celinguk mencari-cari orang yang di maksud. Kemudian dia dateng lagi ke kita sambil berkata

Security: “yang mana sih orangnya???”

Jegeeerrrr!!!!! Parah banget nih orang ckckc

Gue:”.........”

Security:”cari sendiri aja deh mas, tunggu di dalem aja dulu”

Gue:”oke deh” (dengan perasaan bete dan bingung. Bete, karena bukan dari tadi disuruh masuk. Bingung, ko’ dia bisa gak tau sama Lucia Saharui ya? ckckckc)

            Setelah masuk ke dalam Lobby, kita langsung di sambut dengan hembusan angin sejuk dari AC hmmm.. ademmmm hehehe. Terlihat banyak kru lalu lalang, serta kabel dimana-mana, ternyata mereka baru selesai on air program 8-11 show. Kemudian gue pun melipir ke sayap kanan Lobby, buat duduk dan beristirahat sejenak setelah capek dan kepanasan selama di jalan.

            Sambil buka-buka TOR, mata gue tetep awas mencari sosok Lucia yang memang baru selesai siaran di 8-11 show untuk sesi Yourmoney. Tidak berapa lama lewatlah dia ke arah eskalator menemui beberapa orang kru (sempat liat ke arah gue, tapi karena gak engeh itu gue ya langsung berlalu aja gitu dianya), setelah itu dia balik lagi menuju ke luar Lobby. Ternyata dia baru saja mengantar narasumbernya, Konsultan/perencana keuangan independent Ligwina Hananto ke dalam mobil jemputan.

            Setelah mengantar pulang sang narasumber, kembalilah dia ke dalam Lobby. Kali ini terlihat dia sedang berbincang dengan beberapa kru di bawah patung raksasa yang ada di Lobby Grand. Kemudian dia pun berlalu naik ke eskalator menuju lantai dua. Melihat hal tersebut gue langsung bingung. Nahlo!!! Ko’ ke atas, karena memang waktu sudah menunjukkan jam 11 tepat, gue pun berinisiatif untuk mengirim message dengan maksud memberitahukan kehadiran kami di Lobby. Kurang lebih begini percakapan di message tersebut:

Gue:”mbak saya uda di Lobby”

Tidak lama kemudian, masuk message balasan darinya yang menyatakan akan segera menemui kita di Lobby.

Lucia:”di Lobby Grand Studio ya, saya tunggu di situ sekarang”

            Setelah membaca message darinya gue pun melihat ke arah eskalator dan tidak lama muncullah Lucia dengan mengenakan pakaian yang sama pada saat siaran, hanya saja alas kaki nya sudah berganti jadi sepatu teplek. Kemudian Lucia pun mendatangi kami sambil tersenyum dan menyapa kami dengan ramah.

Lucia:”Hilman ya?”

Gue:”iya mbak. Apa kabar?”

Lucia:”baik, kebetulan ya nunggunya di sini hehhe”

Gue:”iya mbak hehehe”

            Kemudian kami pun mulai pindah ke tempat yang lebih nyaman, untuk melakukan sesi wawancara. Kebetulan waktu ketemu penampilan gue emang lagi gak banget tuh, agak lusuh karena baru banget sampe dan belum sempet ngaca, jadinya apa adanya banget. Tapi tetep gak menyurutkan semangat gue untuk mewawancarai News Anchor favorit gue itu.

            Wawancara berlangsung sekitar 19 menit, termasuk singkat untuk 20 pertanyaan. Lantaran Lucia memang menjawab pertanyaan dengan lugas sehingga tidak butuh waktu banyak untuk beralih ke pertanyaan selanjutnya. Secara keseluruhan wawancaranya menurut gue berlangsung sukses, meskipun kurang puas karena gak bisa fokus antara wawancara dengan rasa senang bertemu idola. Lucia pun cukup ramah dan humoris dengan celetukan-celetukannya menanggapi pertanyaan yang gue ajukan, tapi justru itulah yang membuat suasana menjadi cair.

            Selepas wawancara, kami pun gak langsung beranjak pulang. Secara emang kita baru sampe kurang lebih 45 menit yang lalu. Akhirnya sembari nunggu waktu persiapan dia untuk siaran, kami pun ngobrol-ngobrol seputar pengalamannya dia sebagai jurnalis kemudian juga seputar program-program yang pernah dibawakan olehnya (ditengah obrolan, tiba-tiba Rory Ashari menghampiri sambil membawakan earphones Lucia yang ketinggalan di set 8-11 show.  Dibelakangnya menyusul Marissa Anita yang langsung melipir ke eskalator. *Marissa Anita kurus banget ternyata, Rory Ashari juga gak terlalu berisi kayaknya, tapi ko' badannya bagus ya?). Karena terlalu asik ngobrol, gue pun jadi lupa waktu. Tau-tau udah jam 11.57, alamak jadi gak enak sama Lucia nya lantaran udah terlalu lama menyita waktu. Akhirnya sesi wawancara + ngobrol pun di akhiri dengan sesi foto-foto, baik untuk keperluan tabloid maupun untuk pribadi alias foto bareng.



            Sempet mau nawarin jalan bareng ke Studio Wideshot, yang kebetulan letaknya dekat dengan parkiran yang jadi satu dengan kompleks Mesjid. Tapi dianya masih ada perlu dan masih ada barang yang ketinggalan di atas, akhirnya kita pun pamit dan segera meluncur pulang dengan hati PUAS.


Baca juga Lucia Saharui, News Anchor Serba Bisa