Hari kedua di Jepara, Selasa 19 Februari 2013. Setelah mandi
dan sarapan, mulailah kita pergi jalan-jalan keliling Jepara. Kali ini kita
naik mobil ya, bukan jalan kaki hehe.. mobilnya jenis mini bus (gue lupa
merknya apa, antara xenia dan avanza lah). Satu mobil diisi 10 orang
(supir+saudara temen+ kita berdeladapan) dan ibarat main bola kita duduk pake
formasi 3-5-2 hehehe.
Destinasi wisata (caelah sok iye nih
yang nulis bahasanya) yang pertama kita kunjungi adalah Benteng Portugis,
letaknya berada di Kecamatan Banyumanis, Kabupaten Jepara. Waktu tempuhnya
kurang lebih satu jam naik mobil dari kota ya, jalannya cukup bikin perut agak
mules, ditambah harus berbagi jalan sama truk-truk dengan muatan yang beragam,
jadi kudu ekstra hati-hati + sabar.
Setelah sampai di daerah Banyumanis,
kita (gue sih sebenernya) dikejutkan (dorr !!!) oleh “penampakkan” (mungkin)
rumah sakit yang cukup besar di tengah hutan dan perkampungan. Ko’ bisa ya ada
(mungkin) rumah sakit di daerah kayak begitu? tapi ya... ambil sisi positifnya
aja (emang ada sisi negatifnya man?), berarti warga sekitar gak perlu jauh-jauh
ke kota kalau mau ke rumah sakit, apalagi rumah sakitnya itu kelihatannya udah
layak banget.
Setelah melalui jalan yang naik
turun, melintir kanan melintir kiri, masuk kebun keluar kebun karet, akhirnya
sampailah kita di tempat wisata Benteng Portugis. Pertama kali sampai sana,
kita disambut dengan pemandangan yang indaaaaah (gak pake banget) lantaran
benteng portugis letaknya berada di pinggir pantai yang berhadapan dengan pulau
Mandalika (pulau kecil tak berpenduduk, hanya dihuni kalau gak salah oleh 3
orang petugas jaga).
*Benteng
Portugis sendiri di bangun oleh kerajaan Mataram pada tahun 1632. Tujuan
didirikannya benteng tersebut yakni untuk memperkuat garis pertahanan laut
kerajaan Mataram dari gempuran VOC, dengan mengandalkan bantuan armada laut
Portugis.
Sesudah beli tiket secara drive thru (padahal
disana gak ada jenis layanan begini, tapi karena kita doang yang dateng kesitu
jadilah petugasnya nyamperin sambil ngelayanin pembelian tiket hehehe) masuk
lah kita ke salah satu objek wisata andalan Jepara itu dengan hati bingung, ya
bingung.. karena memang gak ada pengunjung lain selain kita disitu.
Setelah parkir mobil di sembarang
tempat (gak ada tempat parkir di dalem, tempat parkir adanya di depan sebelum
masuk gapura) kita celingak celinguk kayak anak itik merindukan induk alias
bingung akut. Tentu aja bingung, soalnya bentengnya gak keliatan, di sana cuma
ada 2 gazibu, warung, toilet (yang lebih mirip kamar ganti/pas tapi ada keran
airnya), sama tempat bilas yang gak ada airnya.
Dengan berbekal ingatan sebuah video
di youtube (yang gue tonton) yang merekam suasana objek wisata Benteng
Portugis, gue dengan penuh percaya diri mengarahkan rombongan ke arah jalan
paving yang membentang diantara tebing dan bibir pantai yang berkarang (ehem
bahasanya bagus kan?) meskipun gue gak tau itu ujungnya ke mana.
Kebetulan waktu itu cuaca lagi gak bagus, jadinya ya kita
jalan harus hati-hati, karena ombaknya lagi gede-gedenya ditambah tiupan anging
yang kencang. Sayangnya jalan pavingnya udah ada yang rusak dibeberapa bagian,
jadi ya.. cukup mengurangi kenyamanan pejalan kaki. Lucunya disepanjang jalan
terdapat rombongan kambing/ domba yang sedang digembala, baru kali itu gue liat
orang ngembalain ternaknya di area pantai.
Sekitar 50 meter jalan kaki, ketemulah kita dengan tangga
yang mengarah ke atas bukit dimana benteng tua yang dikenal sebagai benteng
Portugis berada. Pegangan tangga yang udah rubuh lantaran tergerus akar tanaman
yang tumbuh liar di pinggiran tangga ditambah dengan kondisi tangga yang curam
cukup mempersulit “pendakian”, namun rasa penasaran alias kepo membuat kita semakin
semangat untuk sampai ke atas bukit.
Sesampainya di atas... ko’ sepi ya? cuma ada satu gazibu
besar dekat mulut tangga, dan 2 pos di bagian belakang benteng yang letaknya
agak naik sedikit. Meskipun terkesan tidak terawat tetapi pemandangan di area benteng
sendiri cukup eksotis, lumut liar yang tumbuh subur di sepanjang permukaan
dinding benteng benar- benar mengingatkan gue sama lokasi air mancur abadi di film
Pirates of the Carribean 4, tapi minus kabut ya.
Sayangnya kita gak bisa melihat pemandangan laut dari atas
benteng lantaran pepohonan yang tumbuh subur dan liar menutupi area benteng
tersebut. Tapi ya.. kita tetep puas ko’, puas foto2 maksudnya hehe. Setelah
bosan di atas ditambah awan yang semakin mendung kita pun turun tapi lewat
jalur berbeda, yang kali ini berupa jalan coran menurun.
Sampai di bawah kita istirahat dulu di gazibu sambil celingak
celinguk nyari musholla, lantaran emang
kita belom sholat zhuhur. Setelah nyari2 ketemulah kita dengan musholla di area
dekat pintu masuk 2 area benteng Portugis, tapi sayangnya tempat ini udah gak
terawat, bahkan air untuk wudhu pun gak ada. Akhirnya balik maning kita ke
laptop.. ke gazibu maksudnya.
Akhirnya diputuskanlah untuk sholat di gazibu tersebut secara
bergantian, untung di dekat gazibu ada keran air (ketika wudhu gue sempet
ngerasain airnya emang rada manis, mungkin karena itu daerah tersebut dinamakan
Banyumanis). Setelah itu sholatlah (di jama’) kita bergantian di atas gazibu
dengan efek latar alami yakni hembusan angin dan deburan ombak, dan rasanya
sadaaaaaaap. Belom pernah gue sholat di tengah alam seperti itu, berasa lagi
shooting buat azan maghrib hehehe.
Selepas sholat kemudian jajan bakso, beranjaklah kita ke kota
mengejar waktu supaya gak kemaleman. Sesampai di kota belom terlalu sore,
akhirnya dipustuskan untuk mampir ke pantai andalan Jepara, yakni Pantai
Kartini. Sayang udah kita ke sananya udah kesorean, jadinya gak sempet masuk ke
Kura-Kura Ocean Park. Tapi tetep gak menghilangkan semangat untuk jepret sana
jepret sini.
Bersambung..