Minggu, 28 April 2013

Jeparadise (bag 3)


Hari kedua di Jepara, Selasa 19 Februari 2013. Setelah mandi dan sarapan, mulailah kita pergi jalan-jalan keliling Jepara. Kali ini kita naik mobil ya, bukan jalan kaki hehe.. mobilnya jenis mini bus (gue lupa merknya apa, antara xenia dan avanza lah). Satu mobil diisi 10 orang (supir+saudara temen+ kita berdeladapan) dan ibarat main bola kita duduk pake formasi 3-5-2 hehehe.
            Destinasi wisata (caelah sok iye nih yang nulis bahasanya) yang pertama kita kunjungi adalah Benteng Portugis, letaknya berada di Kecamatan Banyumanis, Kabupaten Jepara. Waktu tempuhnya kurang lebih satu jam naik mobil dari kota ya, jalannya cukup bikin perut agak mules, ditambah harus berbagi jalan sama truk-truk dengan muatan yang beragam, jadi kudu ekstra hati-hati + sabar.
            Setelah sampai di daerah Banyumanis, kita (gue sih sebenernya) dikejutkan (dorr !!!) oleh “penampakkan” (mungkin) rumah sakit yang cukup besar di tengah hutan dan perkampungan. Ko’ bisa ya ada (mungkin) rumah sakit di daerah kayak begitu? tapi ya... ambil sisi positifnya aja (emang ada sisi negatifnya man?), berarti warga sekitar gak perlu jauh-jauh ke kota kalau mau ke rumah sakit, apalagi rumah sakitnya itu kelihatannya udah layak banget.
            Setelah melalui jalan yang naik turun, melintir kanan melintir kiri, masuk kebun keluar kebun karet, akhirnya sampailah kita di tempat wisata Benteng Portugis. Pertama kali sampai sana, kita disambut dengan pemandangan yang indaaaaah (gak pake banget) lantaran benteng portugis letaknya berada di pinggir pantai yang berhadapan dengan pulau Mandalika (pulau kecil tak berpenduduk, hanya dihuni kalau gak salah oleh 3 orang petugas jaga).

            *Benteng Portugis sendiri di bangun oleh kerajaan Mataram pada tahun 1632. Tujuan didirikannya benteng tersebut yakni untuk memperkuat garis pertahanan laut kerajaan Mataram dari gempuran VOC, dengan mengandalkan bantuan armada laut Portugis.
             Sesudah beli tiket secara drive thru (padahal disana gak ada jenis layanan begini, tapi karena kita doang yang dateng kesitu jadilah petugasnya nyamperin sambil ngelayanin pembelian tiket hehehe) masuk lah kita ke salah satu objek wisata andalan Jepara itu dengan hati bingung, ya bingung.. karena memang gak ada pengunjung lain selain kita disitu.
            Setelah parkir mobil di sembarang tempat (gak ada tempat parkir di dalem, tempat parkir adanya di depan sebelum masuk gapura) kita celingak celinguk kayak anak itik merindukan induk alias bingung akut. Tentu aja bingung, soalnya bentengnya gak keliatan, di sana cuma ada 2 gazibu, warung, toilet (yang lebih mirip kamar ganti/pas tapi ada keran airnya), sama tempat bilas yang gak ada airnya.
            Dengan berbekal ingatan sebuah video di youtube (yang gue tonton) yang merekam suasana objek wisata Benteng Portugis, gue dengan penuh percaya diri mengarahkan rombongan ke arah jalan paving yang membentang diantara tebing dan bibir pantai yang berkarang (ehem bahasanya bagus kan?) meskipun gue gak tau itu ujungnya ke mana.

Kebetulan waktu itu cuaca lagi gak bagus, jadinya ya kita jalan harus hati-hati, karena ombaknya lagi gede-gedenya ditambah tiupan anging yang kencang. Sayangnya jalan pavingnya udah ada yang rusak dibeberapa bagian, jadi ya.. cukup mengurangi kenyamanan pejalan kaki. Lucunya disepanjang jalan terdapat rombongan kambing/ domba yang sedang digembala, baru kali itu gue liat orang ngembalain ternaknya di area pantai.
Sekitar 50 meter jalan kaki, ketemulah kita dengan tangga yang mengarah ke atas bukit dimana benteng tua yang dikenal sebagai benteng Portugis berada. Pegangan tangga yang udah rubuh lantaran tergerus akar tanaman yang tumbuh liar di pinggiran tangga ditambah dengan kondisi tangga yang curam cukup mempersulit “pendakian”, namun rasa penasaran alias kepo membuat kita semakin semangat untuk sampai ke atas bukit.

Sesampainya di atas... ko’ sepi ya? cuma ada satu gazibu besar dekat mulut tangga, dan 2 pos di bagian belakang benteng yang letaknya agak naik sedikit. Meskipun terkesan tidak terawat tetapi pemandangan di area benteng sendiri cukup eksotis, lumut liar yang tumbuh subur di sepanjang permukaan dinding benteng benar- benar mengingatkan gue sama lokasi air mancur abadi di film Pirates of the Carribean 4, tapi minus kabut ya.


Sayangnya kita gak bisa melihat pemandangan laut dari atas benteng lantaran pepohonan yang tumbuh subur dan liar menutupi area benteng tersebut. Tapi ya.. kita tetep puas ko’, puas foto2 maksudnya hehe. Setelah bosan di atas ditambah awan yang semakin mendung kita pun turun tapi lewat jalur berbeda, yang kali ini berupa jalan coran menurun.
Sampai di bawah kita istirahat dulu di gazibu sambil celingak celinguk nyari musholla,  lantaran emang kita belom sholat zhuhur. Setelah nyari2 ketemulah kita dengan musholla di area dekat pintu masuk 2 area benteng Portugis, tapi sayangnya tempat ini udah gak terawat, bahkan air untuk wudhu pun gak ada. Akhirnya balik maning kita ke laptop.. ke gazibu maksudnya.

Akhirnya diputuskanlah untuk sholat di gazibu tersebut secara bergantian, untung di dekat gazibu ada keran air (ketika wudhu gue sempet ngerasain airnya emang rada manis, mungkin karena itu daerah tersebut dinamakan Banyumanis). Setelah itu sholatlah (di jama’) kita bergantian di atas gazibu dengan efek latar alami yakni hembusan angin dan deburan ombak, dan rasanya sadaaaaaaap. Belom pernah gue sholat di tengah alam seperti itu, berasa lagi shooting buat azan maghrib hehehe.
Selepas sholat kemudian jajan bakso, beranjaklah kita ke kota mengejar waktu supaya gak kemaleman. Sesampai di kota belom terlalu sore, akhirnya dipustuskan untuk mampir ke pantai andalan Jepara, yakni Pantai Kartini. Sayang udah kita ke sananya udah kesorean, jadinya gak sempet masuk ke Kura-Kura Ocean Park. Tapi tetep gak menghilangkan semangat untuk jepret sana jepret sini.




Bersambung..